Senapan runduk Tipe 97 Arisaka adalah senjata sniper yang dikembangkan Jepang pada tahun 1937 sebagai versi modifikasi dari senapan Tipe 38. Senapan ini dirancang khusus untuk keperluan penembak jitu dan digunakan secara luas oleh pasukan Jepang dalam Perang Dunia II, termasuk selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Senapan Tipe 97 menggunakan peluru kaliber 6,5x50mm, yang lebih kecil dari senapan kaliber besar modern namun dikenal cukup akurat untuk jarak jauh. Salah satu fitur unik dari Tipe 97 adalah teleskop bidik 2,5x, yang membuatnya sangat cocok untuk misi pengintaian dan tembakan jarak jauh. Fitur teleskop ini dipasang sedikit ke kiri, memungkinkan penembak untuk membidik menggunakan teleskop atau menggunakan alat bidik besi standar bila diperlukan. Senapan ini memiliki kapasitas magazin lima peluru yang diisi secara manual dengan peluru tunggal atau strip clip.
Desainnya yang kokoh dan kemampuannya yang akurat membuat senapan ini disegani oleh musuh. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, banyak senjata Tipe 97 yang ditinggalkan di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Para pejuang kemerdekaan Indonesia memanfaatkan senjata-senjata ini untuk melawan tentara sekutu dan Belanda yang ingin kembali berkuasa.
Sebagai salah satu warisan era perang, senapan runduk Tipe 97 tak hanya mencerminkan teknologi militer Jepang pada masa itu tetapi juga menjadi bagian dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia
Terlepas dari apapun dan bagaimana cara mendapatkannya, satu yang jelas bahwa senjata-senjata Jepang yang sebagian besar berupa senapan Arisaka berbagai tipe, senapan mesin Nambu tipe 97, serta berbagai model peledak dan mesiu made in Nippon telah turut berjasa menghadang para agresor Eropa pasca berakhirnya Perang Dunia II.