Kalau kita simak linimasa seharian ini, pasti penuh tuh sama komentar bola tentang Timnas. Padahal belum juga jadi juara, tapi sudah bikin heboh di jagad maya. Pasalnya, anak buah Tae-Yong Ahjussi berhasil menahan imbang Tim Arab Saudi yang dibekingi Roberto Mancini. Berdasarkan prestasi yang sudah kita ketahui, apalah artinya Shin Tae-Yong dibanding Roberto Mancini. Mancini sudah punya koleksi berbagai piala, baik sebagai pemain, pelatih klub maupun pelatih timnas. Ibarat remahan upil yang disandingkan sama tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan…
Timnas Indonesia juga bukan benar-benar tim yang sehati, sejiwa, se-suku atau seagama. Gak ada ceritanya mereka sering ketemu atau nongkrong, ngopi, dan beli bakso bareng-bareng. Selama latihan ya mungkin, sih, tapi bukan keseharian. Yang jelas, alasan mereka bertemu dan bersatu adalah negara dan Tim Nasional Indonesia. Dengan misi dan tujuan bukan hanya untuk prestasi pribadi, tetapi juga demi mempertahankan kebanggaan dan kehormatan bangsa Indonesia yang diwakilinya. OOT, sih. mungkin main di Saudi kemarin bisa dipake aji mumpung buat umroh juga kali, ya. Mumpung di arab, gitu.
Dari keseruan drama permainannya, liat saja Ali Albulayhi yang pernah dengan segarang singa menggasak Messi dan Ronaldo. Pada Jumat, 6 September 2024 dibikin melempem kayak pus meong saat melawan Ragnar Oratmangoen. Sampai-sampai, atas gol-nya ke gawang Arab Sudi, netizen Indonesia menyebut Oratmangoen sebagai pemain yang tidak kemana-mana, cuma di lapangan saja, tapi ada dimana-mana. Saking pusingnya para pemain timnas ijo menambal lokasi yang dia tempati.
Apalagi kalau liat si anak baru, kiper debutan Timnas, yaitu Maarten Paes. Saking bangganya, netizen Indo menyebut Paes sebagai bocah songong. Belum seminggu dia menggalkan penalti di Liga MLS, para netizen Indonesia ramai-ramai menuduh Paes memang sengaja melanggar lawan di area penalti supaya bisa menunjukkan kalau baginya, penalti Saudi gak ada apa-apanya. Gokil banget gak,sih. Di menit-menit injury time, Paes juga piawai menghalau bola, saat rekan-rekannya sudah kelelahan dan cuma mampu bertahan.
Buat para gibol, supporter Timnas, dan anak-anak bola, eforia ini tentu membuat hati turut jadi bahagia. Hasil seri tapi serasa jadi prestasi. Ini adalah kebanggaan yang mewakili banyak orang. Kenapa? Sebab ini bukan tontonan atau peristiwa yang sepele. Di tengah-tengah sesaknya linimasa yang dipenuhi gosip tentang kisah cinta, emosi yang dihasilkan dari pertandingan Timnas ini tentu sangat positif.
Bandingkan, misalnya dengan emosi yang dihasilkan oleh pertengkaran siswa, pemain bola, yang mendatangi kandang lawan sambil bawa-bawa teman satu klub, bukan dengan tujuan sparring, tapi mengajak berkelahi cuma gara-gara “pacar”-nya didekati orang lain. Tentu saja tetap jadi tontonan dan bahan perbincangan, tapi arahnya negatif.
Namanya juga berkelahi, kalau melibatkan banyak orang tentunya bakal kena pasal kriminal. Pasti masuk bui seandainya perkara ini masuk ke meja aparat. Belum lagi kalau babak belur dihajar massa. Kebanggaan macam apa yang akan dipertontonkan cuma gara-gara orang yang kita belum tahu nikahnya sama siapa. Hess… 🙁
Paling mending berkeringat di lapangan mengejar bola, daripada berkeringat di penjara gara-gara wanita. Ingat, selama masih belum final, apa saja bisa terjadi. Juara belum tentu di tangan, tapi jelas lebih baik berlaga di lapangan daripada bonyok di rumah orang. Siapa tahu, cuma karena hobi nendang bola saja, kita bisa mampi ke tanah suci.