Jangan Berlebihan Hanya Demi Gengsi
Ditulis oleh:
Maria Nurwahidah Hariyant
Pernah punya teman yang terlalu terobsesi sama tren viral dan punya gengsi tinggi? Jangan ya dek ya, sifat seperti itu adalah salah satu contoh dari fenomena psikologis FOMO. Memangnya FOMO itu apa?
FOMO( Fear of Missing Out ) merupakan salah satu fenomena psikologis yang menggambarkan ketakutan melewatkan momen atau hal yang viral di lingkungannya. Pada umumnya FOMO rentan menimpa kalangan muda, namun tak menutup kemungkinan jika yang lebih tua juga mengalaminya. Kondisi ini terjadi ketika seseorang merasa cemas atau khawatir melewatkan pengalaman, acara, atau aktivitas yang sedang terjadi di sekitarnya.
Ada sejumlah hal yang bisa membuat seseorang merasa FOMO. Misalnya, seperti paparan terhadap kehidupan sosial melalui media sosial atau cerita dari teman-teman, yang membuat seseorang merasa tertinggal atau kurang berpartisipasi. Dari sinilah, kita sebagai viewer, dapat memicu munculnya perasaan cemas lalu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan atau bahagia. Seperti yang dilansir VeryWellMind, perasaan FOMO ini dapat terjadi pada semua gender dan umur. Seseorang yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena terus membandingkan hidupnya dengan orang lain.
Kenali Gejala FOMO
Tidak sulit untuk mengidentifikasi orang yang mengalami FOMO. Ciri-cirinya, antara lain:
- Menggunakan sosial media secara berlebihan
Seseorang yang mengalami FOMO cenderung tenggelam dalam dunia media sosial, dengan harapan menemukan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan orang lain. Mereka mungkin merasa takut untuk melewatkan momen yang sedang populer atau kejadian sosial yang dianggap penting.
Padahal, dunia maya bukanlah kehidupan sebenarnya yang justru bisa mengecoh pikiran dan menghambat kemampuan seseorang untuk benar-benar menikmati momen di dunia nyata.
- Takut ditolak dan dikucilkan
FOMO juga sering dipicu oleh rasa takut ditolak dan dikucilkan dari kelompok sosial. Itu mengapa, mereka yang mengalaminya merasa perlu untuk selalu up to date demi bisa diterima oleh suatu kelompok. Mereka juga takut jika tidak aktif atau terlibat dalam setiap acara membuatnya diabaikan oleh lingkungannya. Kondisi ini dapat membentuk sikap ekstrem di mana pengidapnya tidak hanya terlibat dalam kegiatan yang diinginkan, tetapi juga terlibat dalam kegiatan yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat atau kebutuhan mereka.
- Terlalu berkomitmen
Berkomitmen memang baik dan menandakan bahwa kamu punya pendirian dan bertanggung jawab. Akan tetapi, terlalu berkomitmen juga bisa menguras energi fisik dan mental. Sayangnya, orang yang FOMO cenderung terlalu berkomitmen pada berbagai aktivitas atau acara supaya tidak ketinggalan.
- Merasa tidak puas
Meskipun terlibat dalam berbagai kegiatan, pengidap kondisi ini seringnya tidak pernah merasa puas. Mereka selalu mencari sensasi baru, pengalaman yang lebih menarik, atau momen yang lebih seru. Alhasil, mereka tidak dapat menikmati momen saat ini karena selalu berpikir tentang apa yang mungkin terjadi di tempat lain.
Dampak FOMO
FOMO yang tidak berkesudahan lantas bisa menyebabkan dampak negatif seperti berikut ini:
1. Stres dan kecemasan
2. Tidak fokus dan produktif
3. Tidak memiliki hubungan yang dalam
4. Gangguan tidur
Cara menghindari FOMO
Adapun cara menghindari FOMO seperti berikut ini:
1. Sadari bahwa kamu tidak ketinggalan tren,
2. Batasi penggunaan media sosial,
3. Jangan memaksakan diri sendiri untuk mengikuti tren,
4. Prioritaskan hubungan dibandingkan pengakuan,
5. Selalu bersyukur.
Berbeda dengan FOMO, adapun fenomena psikologis yang berkebalikan yaitu JOMO. Min memang JOMO itu apa? Apa perbedaannya?
Jika FOMO bisa disimpulkan sebagai gengsi yang tinggi kalau tidak ikut tren viral, sementara JOMO itu istilah yang merujuk pada tindakan untuk memilih tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau sumber hiburan lainnya.
JOMO ( Joy Of Missing Out ) didefinisikan sebagai perasaan puas pada diri sendiri dan hal-hal yang disukai sehingga Anda tidak merasa butuh mengetahui atau mengikuti hal-hal yang sedang ramai dibicarakan. JOMO kerap dinilai lebih baik dari FOMO karena bisa membuat Anda mengendalikan diri sendiri dan tidak memiliki kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Dengan menerapkan JOMO, Anda diharapkan bisa lebih fokus pada sesuatu yang produktif dan memiliki emosi yang lebih stabil atau tidak mudah terpengaruh.
Bagaimana cara menerapkan JOMO dalam keseharian?
1. Nikmati waktu tanpa teknologi,
2. Jangan takut berkata tidak,
3. Cari tahu hobi atau minat Anda
Dapat disimpulkan bahwa FOMO dan JOMO merupakan fenomena psikologis yang unik, seolah memberitahukan bahwa di dalam media sosial terdapat dua ciri manusia. Hal ini dibuktikan jika FOMO merupakan ciri khas manusia yang selalu terobsesi dengan up to date, sementara JOMO merupakan ciri khas manusia yang tidak terobsesi dengan up to date dan menjalani kehidupan mereka seperti seharusnya.
“Jangan terlalu terobsesi dengan media sosial karena belum tentu kamu bisa menjadi mereka. Lakukan seperti apa yang kamu mau, karena masa depan berada di tanganmu.”
Daftar Pustaka
Puji, Aprinda. Apa itu JoMO atau Joy of Missing Out?. https://hellosehat.com/mental/apa-itu-jomo/. Diakses pada 08 Oktober 2024, pukul 17.45 WIB
Halodoc. Apa Itu Fomo? Ini Pengertian, Gejala, dan Dampaknya https://www.halodoc.com/artikel/apa-itu-fomo-ini-pengertian-gejala-dan-dampaknya?srsltid=AfmBOooiMLs117PrS4pNZ86nd_jN_6BUZxZNuC2VhOrvlbcpYPZUAbzI. Diakses pada 08 Oktober 2024, pukul 17.57 WIB
Freepik. Free Vector. https://pin.it/Xu2JTuBrN. Diakses pada 08 Oktober 2024, pukul 18.11 WIB
Freepik. Free Vector. https://pin.it/6vowimoqg. Diakses pada 08 Oktober 2021, pukul 18.34 WIB