Siapa nih yang biasanya kalau belanja selalu nunggu potongan harga besar besaran pada tanggal kembar? atau rela begadang untuk dapat penawaran menarik di berbagai store offline maupun online? Bahkan sampai membanding-bandingkan harga satu produk dengan beberapa store? Pemburu potongan harga serta pengguna e-commerce pasti sudah tidak asing lagi mendengar istilah tanggal-tanggal kembar hingga Hari Belanja Nasional (HARBOLNAS).
Tanggal kembar selalu identik dengan potongan harga besar-besaran yang selalu ditunggu-tunggu oleh para pembeli, apalagi pengguna e-commerce yang berlomba-lomba untuk memperebutkan belanja dengan harga termurah agar lebih hemat.
Waktu Untuk Berburu
Sesuai dengan namanya, “tanggal kembar” adalah waktu dimana para toko atau e-commerce berbondong bondong untuk menarik perhatian pelanggan dengan berbagai strategi marketing berupa potongan harga atau diskon bulanan yang selalu ada di tanggal dan bulan yang sama, misalnya 9.9 yang berarti tanggal sembilan di bulan kesembilan.
Promo tanggal kembar yang selalu diadakan setiap satu bulan sekali adalah event yang terbilang cukup singkat serta terbatas untuk meraih penawaran harga yang lebih hemat. Bagaimana tidak, banyak dari ratusan atau bahkan ribuan orang yang merelakan waktunya hanya untuk sekedar menunggu dan memperebutkan promo tersebut dengan kuota yang terbilang cukup terbatas. Tak jarang apabila para konsumen rela begadang bahkan memasang jam alarm agar terbangun di waktu-waktu promo dimulai, agar mereka dapat memilih barang yang akan dibeli terlebih dahulu dari jauh jauh hari, lalu mereka akan membelinya pada saat event tersebut.
Di Mana Ada Pertempuran, Di Situ Ada Keuntungan
Pernah menonton film Iron Man sekuel pertama? Di tengah gemuruh senjata dan denting logam yang menghantam, Stark Industries berdiri megah, menciptakan senjata yang menggetarkan medan perang, tak ubahnya seperti raksasa yang memberi makan dua kubu bertarung. Setiap peluncuran misil, setiap suara ledakan, bukan hanya sekadar kehancuran, tapi lonceng keuntungan yang berdering nyaring di telinga para pedagang senjata. Tony Stark, sang raja besi, tidak melihat perang sebagai tragedi. Baginya, perang adalah mesin penghasil uang, api yang menghangatkan lemari besi kekayaannya.
Sekarang, lihatlah dunia modern kita. Jika Stark Industries adalah simbol perdagangan senjata, maka arena pertempuran di dunia digital tak jauh berbeda dengan para pedagang ecommerce yang berkompetisi sengit. Setiap diskon, setiap iklan yang bertebaran di layar gawai kita adalah peluru yang ditembakkan untuk merebut pangsa pasar. Di sini, peperangan bukan lagi berdarah, tetapi didorong oleh klik dan konversi. Pedagang-pedagang ecommerce, seperti penjual senjata, memanfaatkan kelemahan lawan, siap menebas mereka yang lemah, dan menikmati keuntungan dari chaos yang diciptakan.
Dalam dunia ecommerce, setiap serangan flash sale adalah bom yang menghancurkan moral pesaing, setiap ulasan bintang lima adalah medali kemenangan, dan di balik layar, para “Tony Stark” modern dengan cerdas mengatur strategi untuk terus bertahan dan mendominasi. Di setiap medan pertempuran, baik fisik maupun digital, satu hal tetap sama: ada yang menang, ada yang kalah, tapi yang pasti, di balik setiap konflik, selalu ada yang mendapatkan keuntungan.
Harbolna menjadi kesempatan emas bagi para reseller untuk menarik perhatian berbagai konsumen dari berbagai daerah, karena event tersebut dapat menimbulkan lonjakan permintaan angka penjualan secara drastis sehingga mendapat keuntungan yang lebih besar. Bahkan pada event ini, para pedagang retail yang mendapat supply barangnya melalui online store ikut serta untuk berbondong-bondong membeli barang dalam jumlah banyak agar mendapat potongan harga lebih banyak. Namun, apakah kalian tahu bagaimana awal mula dari event tanggal kembar dan awal mula setiap tanggal kembar para konsumen dan reseller mulai berbondong bondong untuk memeriahkannya setiap bulan?
Asal-usul Harbolnas
Dilansir dari idxchannel.com, pada tahun 1990 sebenarnya tanggal kembar yang tepatnya pada tanggal 11 bulan ke 11 yaitu bulan November adalah hari dimana para mahasiswa universitas Nanjing di China merayakan hari Jomblo Sedunia. Mereka merayakan hari Jomblo Sedunia dengan memberikan promo besar – besaran dan gratis ongkir di seluruh China bagi penjualan online dan menyebutnya dengan promo 11.11 yang bertujuan untuk menghibur kaum jomblo yang tak memiliki pasangan di China. Hebatnya event ini disambut dengan sepenuh hati oleh para e-commerce, karena strategi ini menaikkan tingkat penjualan secara drastis sehingga event ini tetap berlanjut dan meluas ke beberapa daerah. Tak disangka strategi ini dilirik oleh beberapa e-commerce dunia, menempatkan potongan harga di waktu dan tanggal tertentu dan menaikan angka penjualan setiap bulannya menjadi daya tarik pemasaran mancanegara. Salah satunya Indonesia, berawal dari salah satu e-commerce yaitu lazada yang mengadaptasi event ini pada bulan event bulanannya, tepatnya bulan desember tanggal 12 tahun 2012 lalu, dalam rangka memperingati hari belanja nasional atau HARBOLNAS dengan memberikan banyak sekali potongan harga serta promo besar-besaran. Tentunya HARBOLNAS menjadi momen dan kesempatan bagi para pembeli khususnya yang memiliki hobi berbelanja online, untuk melakukan transaksi jual beli diberbagai e-commerce yang terpilih. Hingga Pada akhirnya HARBOLNAS dirayakan setiap tahunnya di Indonesia pada tanggal 12.12, 11.11, 10.10, 9.9, dan 8.8.
Ada beberapa alasan mengapa tanggal kembar menjadi daya tarik dan strategi marketing para penjual untuk berbondong-bondong dalam menampilkan barang-barang mereka.
Tanggal yang menarik dan mudah diingat.
Tanggal-tanggal kembar, seperti 9.9, 10.10, atau 11.11, memiliki pola dan angka yang sederhana, unik dan berulang, sehingga mudah diingat oleh konsumen. Hal ini, menjadi daya tarik tersendiri, di mana orang-orang lebih cepat mengingat dan terpikirkan tanggal-tanggal tersebut hingga menjadi kesempatan khusus, seperti promo besar atau diskon, sehingga meningkatkan kesadaran mereka terhadap event promosi yang berlangsung.
Meningkatkan angka penjualan.
Saat tanggal kembar dipilih sebagai waktu yang pas untuk menampilkan promosi besar-besaran, konsumen lebih inisiatif untuk berbelanja karena mereka telah menanti berbagai penawaran spesial. Karena itu, event ini menciptakan peningkatan permintaan yang signifikan dalam waktu singkat. Biasanya, promo besar-besaran, potongan harga, atau paket terbatas yang ditawarkan selama tanggal kembar mampu mendorong penjualan yang jauh lebih tinggi daripada hari-hari biasanya.
Keuntungan meningkat.
Karena meningkatnya angka permintaan dan penjualan yang terjadi pada saat promosi tanggal kembar, beberapa toko e-commerce dapat memanfaatkan banyaknya transaksi untuk meningkatkan pendapatan mereka secara keseluruhan. Meskipun menawarkan diskon besar, jumlah transaksi yang lebih banyak seringkali lebih dari cukup untuk menutupi biaya diskon dan meningkatkan keuntungan.
Medan Laga Konsumen
Banyaknya penawaran barang dengan harga ataupun paket menarik dan potongan harga besar-besaran yang diumumkan setiap tanggal kembar membuat para konsumen berbondong-bondong untuk membeli barang di e-commerce setiap bulannya, setidaknya satu kali saat tanggal kembar tersebut terjadi. Selain mendapatkan potongan dan diskon besar-besaran, hal yang menjadi sorotan para pembeli untuk melakukan transaksi di e-commerce adalah mudahnya membeli tanpa harus repot-repot untuk keluar rumah. Mereka hanya perlu memilih barang yang diminati, melakukan check out, memilih metode pembayaran dan barang akan tiba dalam beberapa hari.
Tak jarang, banyak dari kita yang enggan untuk sekedar keluar rumah membeli sesuatu barang yang diinginkan, apalagi jika barang tersebut langka atau sulit ditemukan. Kita harus berkeliling ke beberapa toko untuk menemukannya, hal ini juga termasuk salah satu alasan konsumen memilih untuk berbelanja di e-commerce dibandingkan store offline. Kelengkapan produk di e-commerce sangat beragam, barang apa saja yang kita inginkan terkadang ada dari beberapa penjual dan konsumen hanya perlu mencari di kolom pencarian tanpa harus repot-repot untuk berkeliling di beberapa toko. Bahkan konsumen bisa membandingkan harganya dengan menjelajah ke beberapa e-commerce untuk menemukan barang yang harganya cocok dengan kantongnya.
Tak hanya itu, aktivitas belanja di e-commerce merupakan pembelanjaan tanpa memandang ruang dan waktu. Dengan artian jangkauan e-commerce luas tanpa memandang jauh dekat dan tak ada halangan dalam faktor geografis. E-commerce mampu bertransaksi tanpa memandang waktu, transaksi bisa beroperasional fleksibel dengan waktu yang tak terbatas. Konsumen dapat membeli barang baik dalam maupun luar daerahnya, hanya perlu memilih dan menunggu barang tersebut sampai. Konsumen hanya diminta untuk tetap menghubungkan perangkatnya dengan internet, dengan begitu mereka bisa belanja dimanapun dan kapanpun di e-commerce. Dengan semua kenyamanan tersebut, tak menutupi kemungkinan bahwa e-commerce sangat membantu hampir bagi seluruh golongan, baik penjual maupun pembeli.
Pihak-pihak Yang Kalah
Dulu, para pengeruk keuntungan retail adalah raja-raja tak terkalahkan yang menguasai medan perang ekonomi. Dengan megastore raksasa mereka, lantai-lantai bersinar penuh produk yang menggiurkan, dan iklan-iklan yang menghiasi setiap sudut jalan, mereka berdiri tegak, tak tergoyahkan, layaknya benteng baja yang mustahil ditembus. Setiap pelanggan yang memasuki toko mereka adalah laskar setia yang datang mengisi pundi-pundi emas mereka. Para titan ini, dengan kekuatan uang dan pengaruh, yakin bahwa mereka akan selamanya menguasai medan.
Namun, datanglah para oportunis dari dunia maya—gerilyawan yang bergerak cepat dan tanpa suara. Mereka muncul dari kegelapan internet, dengan taktik flash sale yang meruntuhkan harga, cashback yang membuat pelanggan bertekuk lutut, dan gratis ongkir yang memikat jiwa-jiwa konsumtif. Layaknya serangan udara tak terlihat, para pengecer retail tradisional mulai runtuh satu per satu. Yang dulunya megah kini kosong, lantai-lantai yang dulunya sibuk kini sunyi, tersapu badai ecommerce yang menggulung tanpa ampun.
Para oportunis ecommerce adalah kaum cerdik yang tahu cara memanfaatkan teknologi dan ketergantungan manusia akan kenyamanan. Mereka tak perlu gudang megah atau gerai mewah—cukup dengan layar ponsel dan tawaran yang tak bisa ditolak, mereka merampas setiap keuntungan yang dulu hanya bisa dinikmati para raksasa retail. Sementara toko-toko besar itu masih sibuk membangun benteng batu, para opportunis ini sudah berlari dengan sayap digital yang tak terlihat, memenangkan pertempuran tanpa mengangkat satu senjata pun.
Dilansir dari cnbcindonesia.com ada beberapa toko retail yang terpaksa harus menutup beberapa gerainya karena ketidakmampuan untuk bersaing dengan e-commerce dalam perkembangan teknologi dan faktor lainnya juga disebabkan oleh pandemi beberapa tahun lalu.
Deretan toko retail besar di Indonesia yang terpaksa harus memberhentikan beberapa gerainya adalah:
- Giant
- Matahari
- Ramayana
- Centro
- Gramedia
Perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih berbelanja melalui e-commerce berdampak signifikan pada operasional banyak toko ritel fisik. Ketika konsumen beralih ke platform online, jumlah pengunjung yang datang ke toko menurun drastis. Hal ini menyebabkan toko-toko tersebut mengalami penurunan penjualan di gerai fisik, sementara biaya operasional tetap tinggi. Penutupan gerai ini pada akhirnya menjadi langkah untuk menghindari kerugian lebih besar, banyak dari beberapa karyawan terpaksa untuk diberhentikan sehingga angka pengangguran di Indonesia meningkat. Namun, bagi banyak perusahaan ritel besar, penurunan pengunjung toko fisik akibat perubahan perilaku konsumen ini menjadi tantangan utama yang memaksa mereka untuk mengubah strategi bisnis, seperti memperkuat kehadiran di dunia digital dan mengoptimalkan penjualan online. Hal ini juga membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat untuk berwirausaha yang dengan mudah dapat mengakses e-commerce sehingga ini menjadi salah satu solusi untuk menurunkan angka pengangguran di Indonesia.
Kapal Tua Yang Hampir Karam Berganti dengan Kapal Pesiar
Dahulu, pasar retail bagaikan kerajaan megah yang dipenuhi ribuan pekerja setia, dari kasir yang berdiri di balik mesin, hingga staf gudang yang bekerja di balik layar. Setiap toko adalah benteng kemakmuran, tempat di mana tangan-tangan pekerja menggerakkan roda ekonomi yang tampak tak terhentikan. Namun, saat badai ecommerce menghantam, benteng-benteng retail runtuh, toko-toko besar yang dulu hidup kini sunyi, tak ada lagi derap kaki pelanggan, tak ada lagi dering kasir. Banyak yang meratapi hilangnya lapangan kerja, seperti melihat kota-kota yang pernah berjaya kini hanya tinggal reruntuhan.
Namun, dari abu kehancuran itu, lahir sebuah dunia baru yang lebih besar, lebih luas, dan lebih menjanjikan—dunia ecommerce! Meskipun tampak seolah-olah pekerjaan hilang, kenyataannya, pekerjaan itu tidak hilang, mereka hanya bertransformasi, beradaptasi dengan era digital yang kian menggila. Jika retail adalah kapal layar yang karam di lautan waktu, maka ecommerce adalah armada pesawat luar angkasa yang siap menjelajahi galaksi peluang baru.
Di dunia ecommerce, peluang pekerjaan berlipat ganda. Setiap klik yang Anda lakukan, setiap paket yang Anda terima di depan pintu, itu semua adalah hasil dari ekosistem pekerjaan baru yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Dari ahli logistik yang memastikan paket sampai tepat waktu, hingga analis data yang membaca setiap pola belanja, lapangan kerja baru bermekaran seperti hutan teknologi yang tak terbatas. Bahkan, pekerjaan yang dulu tidak ada—seperti pengelola marketplace, spesialis SEO, dan manajer media sosial—sekarang menjadi pilar utama yang menopang ekonomi digital.
Ecommerce bukan hanya memberikan lebih banyak lapangan kerja, tetapi juga pekerjaan yang lebih menjanjikan, penuh kreativitas, fleksibilitas, dan kesempatan tanpa batas. Mereka yang dulu mengeluh tentang pekerjaan retail yang monoton kini bisa menjadi bagian dari revolusi digital, bekerja di balik layar monitor tetapi berdampak pada dunia nyata. Meskipun toko fisik mungkin tutup, pabrik impian baru sedang terbuka—dan mereka yang siap melangkah ke dunia baru ini akan menemukan bukan sekadar pekerjaan, tetapi masa depan yang gemilang.
Jadi, meskipun ada yang hilang, jangan biarkan pesimisme membutakan mata kita. Era baru telah datang, dan bagi mereka yang siap bergerak maju, lapangan kerja di dunia ecommerce tidak hanya lebih banyak—tapi lebih besar, lebih kuat, dan lebih cerah dari sebelumnya.