Sebuah desa tidak akan terlepas dari legenda sejarah yang memulai semuanya, salah satunya adalah Desa Ngijo. Belum banyak orang yang mengetahui bahwa salah satu desa di Kecamatan Karangploso ini memiliki cerita legenda pada zaman dahulu yang erat kaitannya dengan kisah asmara antara Ken Arok dan Ken Dedes. Nama desa ini diambil dari bagaimana cara Kebo Ijo –orang pertama yang mempertontonkan Keris Mpu Gandring di depan publik– menghindari tuduhan dari Ken Arok. Kisah ini menjadi sebuah cerita turun–temurun bagi masyarakat Desa Ngijo.
Siapakah Ken Arok Sebenarnya?
Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Tumapel atau yang lebih dikenal Kerajaan Singhasari dengan gelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi. Ken Arok juga disebut sebagai anak haram di beberapa cerita legenda karena ibunya yang dihamili oleh sesorang diluar nikah. Selain itu, Ken Arok juga tidak memilik asal usul yang jelas dalam Kitab Pararaton. Ken Arok diduga lahir pada 1182 masehi dari keluarga petani miskin yang tinggal di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Ibunya bernama Ken Ndok, istri dari seorang pembantu adipati di Kerajaan Kediri bernama Gajah Para. Setelah lahir Ken Arok kemudian dibuang oleh ibunya dengan harapan mendapat hidup yang lebih baik. Namun naas, Ken Arok diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong. Setelah bertahun-tahun Ken Arok menjadi seorang pencuri akhirnya dipertemukan dengan Lohgawe, seorang brahmana dari India. Lohgawe inilah yang menjadikan Ken Arok sebagai pengawal Tunggul Ametung.
Pembunuhan Tunggul Ametung
Tunggul Ametung memiliki istri bernama Ken Dedes. Ken Dedes merupakan anak semata wayang dari Mpu Purwa. Ken Dedes memiliki paras yang sangat cantik sehingga memikat siapapun yang melihatnya termasuk Ken Arok. Apalagi sebagai seorang wanita yang diramalkan sebagai ibu dari para raja, Ken Arok rela melakukan apapun demi mendapatkan istri dari tuannya tersebut. Satu-satunya cara yang dapat dilakukan oleh Ken Arok adalah membunuh Tunggul Ametung. Akhirnya Ken Arok membunuh Tunggul Ametung menggunakan keris yang dipesannya kepada Mpu Gandring.
Tuduhan Kepada Kebo Ijo
Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa Tunggul Ametung adalah penguasa yang yang buruk dan tidak disukai banyak orang. Selain Ken Arok, beberapa orang yang tidak menyukai Tunggul Ametung antara lain adalah Mpu Gandring dan Kebo Ijo. Kebo Ijo sendiri adalah seorang senopati (komandan pasukan) di Tumapel, di bawah kekuasaan Tunggul Ametung. Sayangnya, Kebo Ijo termasuk dalam orang yang kurang cerdas, suka pamer dan memicu kontroversi, sehingga digolongkan sebagai penentang atau pembenci Tunggul Ametung.
Setelah Tunggul Ametung terbunuh, Ken Arok membuat tuduhan terhadap Kebo Ijo. Hal ini dilakukan dengan sengaja oleh Ken Arok agar ia bersih dari segala motif pembunuhan atas Tunggul Ametung. Kebo Ijo yang mendapat tuduhan tersebut segera melarikan diri bersama tiga temannya dari kejaran pasukan Tumapel.
Dusun Kedawung, Desa Ngijo
Pada awalnya, Kebo Ijo melarikan diri ke bukit sebelah timur. Kabar tersebut segera diketahui oleh pasukan Tumapel sehingga mereka menuju ke tempat yang digunakan Kebo Ijo untuk bersembunyi. Namun, sesampainya disana terdengar kembali kabar bahwa Kebo Ijo berlari ke arah selatan. Di tengah-tengah perjalanan menuju Selatan, pasukan Singhasari terhalang oleh pohon tumbang yang dianggap petunjuk pencarian jejak Kebo Ijo. Hadangan dalam bahasa Jawa disebut ngedawang, karena inilah lokasi pohon tumbang tersebut dinamakan dengan Dusun Kedawung.
Dusun Kagrengan, Desa Ngijo
Tidak menyerah begitu saja, pasukan Tumapel kembali melanjutkan pencarian dengan berbelok ke arah Timur. Alih-alih menemukan Kebo Ijo di perjalanan ini, pasukan Singhasari justru menemukan sebuah pohon yang sangat besar. Pohon ini tampak seperti pohon keramat sehingga membuat merinding para pasukan Tumapel. Dalam bahasa Jawa merinding disebut agreng, maka dari itu tempat ini dinamakan Dusun Kagrengan.
Nama Desa Ngijo
Setelah pencarian–pencarian yang tidak kunjung membuahkan hasil, pasukan Tumapel kembali menuju tempat pelarian pertama yaitu Dusun Kedawung. Disinilah akhirnya Kebo Ijo dengan ketiga temannya dan pasukan Singhasari bertemu.
Pertemuan ini menimbulkan pertempuran yang sengit karena kedua belah pihak menggunakan berbagai macam ilmu kesaktian dan strategi. Tak disangka, Kebo Ijo dan ketiga temannya berhasil mengalahkan pasukan Singhasari. Kekalahan ini dianggap karena kedudukan Kebo Ijo dan ketiga temannya lebih tinggi dari pasukan Singhasari, sehingga tentu memiliki kesaktian yang lebih hebat. Pasukan Tumapel pun akhirnya mundur dan kembali ke kerajaan untuk menyusun rencana lain.
Selepas pertempuran tersebut, Kebo ijo memilih untuk melanjutkan pelariannya ke sebuah daerah yang terdapat hamparan luas rumput hijau. Tempat tersebut diberi nama Glagah Ijo. Kebo Ijo dan ketiga temannya merasa bahwa Glagah Ijo ini adalah tempat yang cocok untuk beristirahat sejenak dan memikirkan strategi pelarian yang baru. Konon, tempat inilah yang diberi nama Desa Ngijo. Desa yang memiliki hamparan rumput hijau dan cocok untuk beristirahat sejenak.
Referensi
https://www.wearemania.net/ngalam/sejarah/nama-desa-ngijo-dan-legenda-kebo-ijo/13144
https://tirto.id/cerita-cinta-ken-arok-ken-dedes-awali-sejarah-kerajaan-singasari-gjnH
SANGKALAN
Artikel bebas ini mengalami sedikit modifikasi dari redaktur, namun konten utamanya adalah tanggung jawab penulis. Kesalahan referensi atau akurasi dapat dikonfirmasikan kembali kepada penulis.