Mengulas Pendidikan Kejuruan di Indonesia dan Malaysia

Dalam sebuah kesempatan pada kegiatan Diskusi Kelompok Terarah yang diadakan oleh LPPM Universitas Negeri Malang, kontingen SMK Negeri 12 Malang mendapatkan tambahan wawasan mengenai pendidikan vokasi. Kami juga sempat berbincang-bincang secara khusus dengan dua narasumber dari Kolej Vokasional Tanjung Puteri, Malaysia yaitu Tuan Haji Abdul Rahman Bin Hashim dan Tuan Haji Azmi Bin Sapuan.

Pengantar

Di Indonesia dan Malaysia, model pendidikan kejuruan memiliki kesamaan dalam tujuannya, yaitu mencetak tenaga kerja yang kompeten, namun terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatan, kurikulum, dan standar yang diterapkan. Di Indonesia, pendidikan kejuruan mencakup SMK dan Kampus Vokasi, sementara Malaysia menerapkan model Kolej Vokasional (KV) dan Sekolah Menengah Teknik (SMT). Kami memetik beberapa informasi dan mencoba membuat perbandingan/komparasi terkait model pendidikan kejuruan antara kedua negara.

Kampus Vokasi, SMK, KV, dan SMT

  • SMK (Sekolah Menengah Kejuruan): Merupakan pendidikan kejuruan setara SMA di Indonesia, dengan fokus pada pembelajaran praktis di bidang industri. SMK menyiapkan siswa untuk bekerja setelah lulus atau melanjutkan ke Kampus Vokasi atau pendidikan tinggi.
  • Kampus Vokasi: Sebagai bagian dari pendidikan tinggi, Kampus Vokasi di Indonesia menawarkan pendidikan yang lebih mendalam di bidang keahlian khusus. Lulusannya memiliki sertifikasi keterampilan yang diakui industri dan disiapkan untuk memenuhi kualifikasi teknis yang lebih tinggi dibandingkan lulusan SMK.
  • KV (Kolej Vokasional): Kolej Vokasional di Malaysia berfokus pada pendidikan kejuruan tingkat lanjut, setara pendidikan tinggi, untuk siswa yang telah menyelesaikan pendidikan menengah. KV menekankan keterampilan praktis yang langsung terpakai dalam dunia kerja, dengan jalur karir yang biasanya berorientasi pada kebutuhan industri di Malaysia.
  • SMT (Sekolah Menengah Teknik): SMT di Malaysia setara dengan tingkat menengah atas, mirip dengan SMK, tetapi lebih menekankan teori di bidang teknik. Lulusan SMT dapat melanjutkan ke KV atau pendidikan tinggi lainnya jika ingin mendalami keahlian teknis atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

CLO, PLO, dan KBK

  • CLO (Course Learning Outcome) dan PLO (Program Learning Outcome): Istilah CLO dan PLO yang digunakan di KVSMT (KV dan SMT) Malaysia, merujuk pada hasil pembelajaran yang terukur dari setiap mata pelajaran (CLO) dan keseluruhan program studi (PLO). CLO dan PLO ini dirancang untuk memastikan kompetensi teknis dan profesional terpenuhi sesuai dengan kebutuhan industri. Setiap program memiliki target keterampilan spesifik yang diukur dan dievaluasi sepanjang program.
  • KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi): Kurikulum Merdeka di Indonesia mungkin tidak sejajar dengan prinsip CLO dan PLO, tapi dengan pendekatan KBK, prinsip ini dapat dipahami. Di Indonesia, KBK pernah diterapkan dengan tujuan mengukur kompetensi yang diperoleh siswa di setiap mata pelajaran. Meskipun sudah tidak dominan, prinsip KBK masih menjadi bagian penting dalam pendidikan SMK dan Kampus Vokasi, terutama dalam mengembangkan keterampilan teknis dan profesional.

Ijazah dan Sertifikasi

  • Ijazah SMK & SPM: Di SMK Indonesia, lulusan menerima ijazah setara SMA dengan keterampilan vokasional tambahan. Di Malaysia, lulusan SMT dan KV menerima Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) atau Sijil Vokasional Malaysia (SVM) yang setara ijazah SMA. SPM lebih umum untuk lulusan SMT, sedangkan SVM diberikan kepada lulusan KV dengan fokus keterampilan vokasional.
  • Sertifikasi Kompetensi: Di Indonesia, Kampus Vokasi dan SMK menawarkan sertifikasi kompetensi tambahan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk memastikan lulusan siap memasuki dunia kerja. Di Malaysia, sertifikasi dari KV biasanya diakui langsung oleh industri, yang menilai keterampilan lulusan secara spesifik sesuai kebutuhan lapangan.

Kurikulum

  • Kurikulum SMK & Kampus Vokasi: Kurikulum SMK di Indonesia menggabungkan pendidikan teori dan praktik, sementara Kampus Vokasi menawarkan pendidikan tinggi dengan pengajaran yang lebih mendalam dalam spesialisasi keahlian tertentu. Kurikulum berbasis proyek mulai diterapkan di Kampus Vokasi, mengikuti tuntutan dunia industri.
  • Kurikulum KVSMT: Kurikulum KV di Malaysia sangat terfokus pada keterampilan praktis, dengan pembelajaran berbasis proyek dan magang di industri. SMT di Malaysia memiliki pendekatan yang lebih akademis dibandingkan KV, tetapi tetap mengutamakan keterampilan teknis di bidang teknik.

Standar Pendidikan

  • BSNP (Indonesia): Di Indonesia, standar pendidikan ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, penilaian, dan lainnya. SMK dan Kampus Vokasi harus mematuhi standar BSNP, yang menjamin bahwa setiap lulusan memiliki keterampilan dasar dan keahlian profesional yang sesuai.
  • BPLTV (Malaysia): Di Malaysia, Bahagian Pendidikan dan Latihan Teknikal dan Vokasional (BPLTV) menetapkan standar untuk KV dan SMT, dengan fokus khusus pada pemenuhan kebutuhan industri. Standar yang ditetapkan BPLTV lebih mengarah pada keterampilan teknis dan profesional untuk menghasilkan tenaga kerja siap pakai.
AspekIndonesia (SMK & Kampus Vokasi)Malaysia (KV & SMT)
Institusi PendidikanSMK: Setara SMA, berfokus pada keterampilan praktis untuk industri.

Kampus Vokasi: Setara pendidikan tinggi, lebih mendalam di bidang keahlian khusus.
Sekolah Menengah Teknik (SMT): Setara SMA dengan penekanan lebih akademis pada teknik.

Kolej Vokasional (KV): Setara pendidikan tinggi, berfokus pada keterampilan langsung pakai untuk industri.
CLO dan PLOTidak menggunakan istilah CLO dan PLO; menerapkan Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti dalam pembelajaran Kurikulum 2013.CLO (Course Learning Outcome) untuk setiap mata pelajaran dan PLO (Program Learning Outcome) untuk keseluruhan program studi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)Pernah diterapkan, berfokus pada capaian kompetensi khusus per mata pelajaran. Tidak ada standar CLO/PLO spesifik.Menggunakan pendekatan berbasis hasil belajar melalui CLO dan PLO, yang mengukur capaian keterampilan dan pengetahuan.
Ijazah dan SertifikasiIjazah SMK: Setara SMA dengan keterampilan tambahan.

Sertifikasi Kompetensi: Dikeluarkan oleh BNSP, sesuai standar industri.
Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) untuk SMT.

Sijil Vokasional Malaysia (SVM) untuk KV, berfokus pada keterampilan praktis.
KurikulumSMK: Menekankan teori dan praktik keterampilan teknis dasar.

Kampus Vokasi: Berbasis proyek, sesuai tuntutan industri.
SMT: Pendekatan akademis yang dilengkapi keterampilan teknis.

KV: Berbasis praktik industri dan magang.
Standar PendidikanBSNP: Standar mencakup isi, proses, kompetensi lulusan, penilaian, dll. untuk SMK dan Kampus Vokasi.BPLTV: Standar pendidikan teknis dan vokasional, langsung memenuhi kebutuhan industri di Malaysia.
Tabel Perbandingan/Komparasi Aspek Pendidikan

Penutup

Secara umum, pendidikan kejuruan di Indonesia dan Malaysia memiliki tujuan yang sama, yaitu menyiapkan tenaga kerja siap kerja yang memiliki keterampilan khusus. Namun, terdapat perbedaan mendasar dalam pendekatan:

  • Di Indonesia, SMK dan Kampus Vokasi menggabungkan pendekatan akademis dan vokasional, dengan penekanan pada sertifikasi kompetensi melalui BNSP.
  • Di Malaysia, KV dan SMT fokus pada kebutuhan industri melalui kurikulum berbasis CLO dan PLO, yang dirancang langsung untuk memenuhi standar teknis dan profesional yang relevan.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa masing-masing sistem pendidikan menyesuaikan pendekatannya dengan kebutuhan tenaga kerja dan ekonomi nasional masing-masing negara.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *