Mpox atau yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet adalah penyakit menular yang dapat memiliki dampak serius pada kesehatan masyarakat. Meskipun jarang terjadi dan tidak mendapatkan perhatian sebesar penyakit menular lainnya seperti covid-19, Mpox memiliki ciri-ciri unik yang membuatnya penting untuk dipahami dengan baik. Dalam beberapa tahun terakhir, Mpox telah mulai menarik perhatian dunia medis karena adanya peningkatan jumlah kasus dan dampaknya yang terasa pada kesehatan masyarakat. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap penyakit ini untuk mengelola dan mencegah penyebarannya.
1. Apa itu Mpox?
Menurut informasi dari Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Mpox atau cacar monyet adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV). Mpox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika dua kasus cacar muncul di koloni kera yang digunakan untuk penelitian, dan dari situlah penyakit ini diberi nama “Cacar Monyet”. Infeksi Mpox pada manusia pertama kali dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Meskipun gejala Mpox mirip dengan cacar yang sudah dihapus pada tahun 1980, gejalanya biasanya lebih ringan. Penyakit ini sering menyebar secara sporadis dan menjadi akademik di beberapa wilayah Afrika, terutama di Afrika Tengah dan Barat. Mpox umumnya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu dan bisa menjadi lebih ringan, tetapi dalam beberapa kasus bisa berkembang menjadi lebih berat atau bahkan menyebabkan kematian, dengan tingkat kematian sekitar 3 hingga 6%.
2. Perkembangan Mpox di Indonesia
Di Indonesia, kasus cacar monyet pertama kali terdeteksi pada 20 Agustus 2022. Kemudian, pada 13 Oktober 2023, pemerintah melaporkan adanya kasus baru cacar monyet. Hingga Sabtu, 17 Agustus 2024, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat total 88 kasus konfirmasi cacar monyet yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Rinciannya adalah 59 kasus di Jakarta, 13 kasus di Jawa Barat, 9 kasus di Banten, 3 kasus masing-masing di Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta 1 kasus di Kepulauan Riau. Kabar baiknya, dari 88 kasus tersebut, sebanyak 87 telah dinyatakan sembuh. Data menunjukkan bahwa periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Menurut dr. Yudhi Pramono, MARS, Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) untuk menentukan varian virusnya. Hasilnya, semua 54 kasus tersebut termasuk dalam varian Clade IIB. Varian Clade IIB ini merupakan penyebab utama wabah Mpox yang terjadi dari tahun 2022 hingga saat ini, dengan tingkat fatalitas yang lebih rendah dan umumnya menyebar melalui kontak seksual.
3. Penyebab dan Proses Penularan Mpox
Mpox disebabkan oleh virus Mpox, yang merupakan bagian dari keluarga Orthopoxvirus, sama seperti virus cacar. Penyebaran virus ini bisa terjadi dari hewan ke manusia maupun antar manusia. Penularan dari hewan ke manusia umumnya terjadi melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit hewan yang terinfeksi, terutama di daerah dengan banyak hewan liar, seperti hutan hujan tropis di Afrika Tengah dan Barat. Sementara itu, penularan antar manusia cenderung lebih jarang terjadi, namun bisa terjadi melalui kontak langsung dengan lesi, cairan tubuh, atau benda yang terkontaminasi virus seperti pakaian, tempat tidur, handuk, atau peralatan elektronik, terutama di lingkungan padat atau di antara orang yang sering berinteraksi dekat, seperti dalam keluarga. Virus Mpox dapat masuk ke tubuh melalui kulit yang terluka, saluran pernapasan, atau selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut.
4. Gejala Mpox
Gejala Mpox mirip dengan cacar air, tetapi umumnya lebih ringan. Gejala Mpox biasanya mulai muncul 5 hingga 21 hari setelah seseorang terpapar virus. Pada tahap awal, yang disebut periode invasi, penderita mungkin mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, kelelahan, menggigil, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Setelah 1 hingga 3 hari, ruam akan muncul di berbagai bagian tubuh seperti wajah, tangan, kaki, mulut, area genital, dan mata. Ruam ini kemudian berkembang dalam beberapa tahap yang diantaranya yaitu makula (bercak datar), papula (benjolan sedikit terangkat), vesikel (benjolan berisi cairan bening), dan pustula (benjolan dengan cairan kekuningan). Setelah tahap pustula, lesi akan mengering dan mengelupas. Gejala ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu dan dapat membaik dengan sendirinya.
Selain ruam, Mpox juga dapat menyebabkan keluhan seperti keringat dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala berat, sakit punggung, dan tubuh terasa sangat letih atau lemas. Pada hewan peliharaan, gejala Mpox yang perlu diperhatikan meliputi demam, hilangnya nafsu makan, lesu, mata belekan, serta ruam atau bintik merah di kulit. Ruam khas Mpox dimulai dengan bercak merah kecil yang berkembang menjadi lesi berbentuk bulat dengan pusat berlubang dan berisi nanah, menyebar ke berbagai bagian tubuh. Pada kasus serius, Mpox bisa menyebabkan komplikasi seperti infeksi sekunder pada lesi, pneumonia, masalah kulit tambahan, dan dalam kasus ekstrem, kebutaan jika lesi mengenai mata.
5. Pengobatan Mpox
Mpox umumnya menimbulkan gejala ringan dan dapat sembuh dalam waktu 2–4 minggu tanpa memerlukan pengobatan khusus. Namun, penderita mpox perlu diisolasi, baik di rumah maupun rumah sakit, untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Isolasi harus dilakukan mulai sejak gejala muncul hingga ruam sembuh dan keropeng lepas dengan sendirinya. Selama isolasi, penting untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan secara rutin, membersihkan barang-barang yang sering disentuh, serta menghindari kontak dengan hewan pengerat yang mungkin tertular.
Beberapa langkah perawatan selama isolasi di rumah meliputi meminum obat pereda nyeri atau gatal dan menggunakan krim untuk ruam sesuai anjuran dokter. Selain itu, berkumur dengan air garam jika ada luka di mulut, mengonsumsi makanan sehat, serta dianjurkan untuk beristirahat yang cukup. Untuk merawat luka di kulit, bisa melakukan sitz bath menggunakan baking soda atau garam Epsom dan menjaga kulit tetap kering. Hindari menggaruk atau memecahkan bintil.
Saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk mpox, tetapi vaksin monkeypox dapat diberikan untuk mencegah penyebaran virus pada orang yang kontak erat dengan penderita. Vaksinasi massal untuk mpox belum diperlukan, dan vaksinasi untuk pencegahan tanpa paparan hanya dianjurkan untuk orang yang berisiko tinggi, seperti tenaga kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan tiga langkah utama dalam menangani cacar monyet atau Mpox, yaitu surveilans, terapeutik, dan vaksinasi. Terapeutik melibatkan pemberian terapi simtomatis dan persiapan logistik untuk antivirus khusus cacar monyet. Antivirus hanya diberikan kepada pasien yang berisiko mengalami gejala berat, seperti lebih dari 100 lesi pada kulit, demam tinggi, mual, muntah, atau lesi pada bagian vital tubuh.
6. Pencegahan Mpox
Dilansir dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit – Kemenkes RI, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari cacar monyet. Pertama, jika mulai mengalami gejala cacar monyet, seperti ruam atau demam, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Selama proses ini, sebaiknya hindari keluar rumah dan menghindari kerumunan orang untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Langkah pencegahan lainnya termasuk menghindari bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah cacar monyet, rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menghindari kontak dengan hewan liar seperti primata atau hewan pengerat yang mungkin membawa virus.
Selain langkah-langkah tersebut, ada beberapa tindakan tambahan yang bisa membantu melindungi diri dari mpox. Hindari berbagi alat makan, handuk, atau barang pribadi lainnya dengan orang yang terinfeksi, serta jaga jarak yang aman dari mereka untuk mencegah penularan. Cuci tangan secara teratur menggunakan sabun atau pembersih tangan berbasis alkohol, terutama sebelum makan atau setelah menyentuh wajah, untuk membunuh kuman yang mungkin ada. Mendapatkan vaksin cacar bisa sangat bermanfaat, karena vaksin ini dapat mencegah mpox hingga 85 persen. Selain itu, jaga sistem kekebalan tubuh agar tetap kuat dengan mengonsumsi makanan bergizi, vitamin, dan suplemen yang diperlukan.
7. Kesimpulan
Mpox, atau cacar monyet, mungkin belum mendapatkan sorotan sebesar penyakit menular lainnya, tetapi penting untuk kita semua memahami dan waspada terhadapnya. Dengan gejala mirip cacar tetapi umumnya lebih ringan, Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, serta melalui benda yang terkontaminasi. Di Indonesia, meskipun sebagian besar kasus telah sembuh, pemahaman yang mendalam dan tindakan pencegahan yang efektif tetap krusial untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Untuk melindungi diri dan orang di sekitar, penting untuk menerapkan praktik higienis yang baik, menghindari kontak dengan orang yang menunjukkan gejala, serta mempertimbangkan vaksinasi jika berada dalam kelompok berisiko tinggi. Mari tingkatkan kesadaran kita, ikuti langkah pencegahan, dan berperan aktif dalam menjaga kesehatan masyarakat