Muhammad Bin Abdullah, Lahirnya Utusan Terakhir

Nabi Muhammad SAW adalah sosok sentral dalam agama Islam yang kehidupannya sebelum diangkat sebagai nabi memberikan wawasan penting tentang bagaimana beliau dipersiapkan untuk misi kenabiannya. Artikel ini akan membahas secara umum kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum beliau menerima wahyu dan diangkat sebagai nabi.

Keluarga

Nabi Muhammad SAW berasal dari keluarga Bani Hashim, cabang dari suku Quraisy, yang merupakan suku terkemuka di Mekah. Garis keturunan beliau dikenal sebagai garis yang dihormati di kalangan masyarakat Arab.

Abdullah (Ayah)

Abdullah adalah ayah Nabi Muhammad SAW, anak dari Abdul Muthalib. Abdullah adalah seorang pria yang dikenal karena kesalehan dan kemurahan hatinya. Ia menikah dengan Aminah binti Wahab, ibu Nabi Muhammad SAW. Abdullah meninggal saat Nabi Muhammad masih dalam kandungan, sehingga Nabi Muhammad tumbuh tanpa sosok ayah.

Abdul Muthalib (Kakek)

Abdul Muthalib adalah kakek dari Nabi Muhammad SAW dan seorang pemimpin terkemuka di Mekkah. Dia adalah penguasa Ka’bah dan sangat dihormati di kalangan suku Quraisy. Abdul Muthalib dikenal sebagai orang yang menemukan kembali sumur Zamzam setelah hilang selama berabad-abad. Dia juga yang melindungi suku Quraisy dengan menyuruh mereka mengungsi saat pasukan gajah Abrahah menyerang Mekkah. Abdul Muthalib sangat menyayangi Nabi Muhammad dan merawat beliau setelah wafatnya Aminah.

Hasyim (Buyut)

Hasyim, buyut Nabi Muhammad SAW, adalah seorang saudagar kaya dan terhormat. Dia dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan dua perjalanan dagang Quraisy ke Syam (Suriah) pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin, yang kemudian menjadi penting bagi perekonomian Quraisy. Hasyim juga terkenal karena kemurahan hatinya, khususnya dalam memberi makan orang-orang miskin dan para jamaah haji.

Qushay (Leluhur yang Menguasai Mekkah)

Qushay bin Kilab adalah sosok penting dalam sejarah Quraisy karena dia adalah orang yang pertama kali menyatukan suku Quraisy dan menguasai Mekkah. Ia mendirikan Dewan Tertinggi Quraisy dan memegang kunci Ka’bah, yang kemudian diwariskan ke keturunannya. Qushay memainkan peran sentral dalam menjadikan Mekkah sebagai pusat agama dan perdagangan di Jazirah Arab.

Adnan (Leluhur Terjauh)

Garis keturunan Nabi Muhammad SAW secara umum dapat dilacak hingga ke Adnan, yang dipercaya merupakan keturunan Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Meskipun silsilah antara Adnan dan Nabi Ismail tidak selalu didokumentasikan secara lengkap, banyak sejarawan Islam sepakat bahwa Adnan adalah nenek moyang Arab Utara dan dari sanalah garis keturunan Nabi Muhammad berasal.

Tahun Gajah

Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 570 Masehi di kota Mekah, Jazirah Arab. Kelahiran beliau terjadi pada tahun yang dikenal dengan sebutan Tahun Gajah, di mana pasukan Abrahah dari Yaman mencoba menyerang Ka’bah menggunakan pasukan gajah, namun gagal berkat perlindungan Allah SWT.

Diceritakan bahwa Abrahah adalah gubernur Yaman yang merupakan bagian dari kekaisaran Habasyah (Ethiopia) di bawah kekuasaan Raja Najasyi. Dia membangun sebuah gereja besar di ibu kota Yaman, dengan harapan bahwa orang-orang Arab akan beralih dari Mekkah sebagai pusat ziarah ke gereja yang dibangunnya.

Namun, Ka’bah di Mekkah tetap menjadi pusat ziarah utama bagi suku-suku Arab. Hal ini membuat Abrahah sangat marah, sehingga dia bertekad untuk menghancurkan Ka’bah, yang pada saat itu merupakan simbol kebesaran suku Quraisy dan pusat ekonomi serta agama Mekkah. Untuk melaksanakan niatnya, Abrahah mengerahkan pasukan besar, yang dikenal dengan pasukan gajah, karena pasukannya membawa serta gajah-gajah besar untuk menyerang Mekkah.

Abrahah memimpin pasukan besar yang terdiri dari ribuan tentara dan beberapa ekor gajah, termasuk seekor gajah besar bernama Mahmud. Pasukan ini berangkat dari Yaman menuju Mekkah dengan niat menghancurkan Ka’bah.

Dalam perjalanan menuju Mekkah, Abrahah menaklukkan beberapa wilayah Arab dan menjarah harta benda mereka. Ketika mereka hampir sampai di Mekkah, Abrahah merampas unta-unta milik suku Quraisy, termasuk unta milik Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu adalah pemimpin Quraisy. Abdul Muthalib memerintahkan penduduk Mekkah untuk mengungsi ke pegunungan, meninggalkan kota Mekkah sambil menyatakan bahwa Ka’bah adalah milik Allah, dan Allah sendiri yang akan menjaganya.

Tanda-tanda bahwa serangan Abrahah akan gagal sudah tampak dari fenomena ganjil yang dialami pasukannya. Gajah-gajah yang dibawa oleh pasukan Abrahah, terutama gajah utama bernama Mahmud, menolak untuk mendekati Ka’bah dan berbalik arah setiap kali dipaksa maju. Ketika pasukan Abrahah mendekati Mekkah dan bersiap untuk menghancurkan Ka’bah, tiba-tiba Allah SWT mengirimkan burung-burung kecil yang disebut Ababil.

Burung-burung Ababil ini membawa batu-batu kecil yang panas, yang dalam riwayat disebut sebagai batu-batu dari tanah liat yang dibakar. Batu-batu ini kemudian dijatuhkan ke arah pasukan Abrahah, yang menyebabkan kehancuran besar. Pasukan Abrahah diserang habis-habisan oleh burung Ababil, dan mereka pun mengalami kekalahan telak. Abrahah sendiri terluka parah dan akhirnya meninggal dalam perjalanan kembali ke Yaman.

Malam Kelahiran

Dalam riwayat as-Sirat an-Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq, diceritakan bahwa pada malam kelahiran Nabi Muhammad SAW, terdapat beberapa fenomena alam yang menyertainya. Fenomena-fenomena ini menandakan bahwa agama atau kaum penyembah berhala akan hancur karena kedatangan utusan Allah SWT yang baru yang akan menegakkan ajaran Tauhid.

Pada malam kelahiran Nabi Muhammad, bintang-bintang di langit bersinar lebih terang dan cerah dibandingkan hari-hari biasanya. Cahaya-cahaya yang ada di langit tersebut berpusat pada Aminah, ibunda nabi, dan mampu menerangi istana-istana di Syam (Suriah).

Di bumi sendiri terjadi gempa yang meskipun ringan, tetapi mengakibatkan berhala-berhala yang dibangun dan ditanam di sekitar Ka’bah menjadi miring atau tumbang. Di wilayah Persia, selaku pusat agama Majusi yang menyembah api, terjadi kepanikan yang cukup besar karena tiang-tiang penyangga Istana Kisra menjadi retak dan runtuh, Danau Sawa mengering, dan api abadi yang disembah menjadi padam.

Tanda-tanda alam pada malam kelahiran nabi ini meskipun dapat dijelaskan secara ilmiah, tapi memiliki makna historis dan simbolis yang mendalam. Hingga saat ini, para ilmuwan belum bisa memperkirakan secara pasti kapan sebuah peristiwa alam akan terjadi.

Tanda-tanda Kebesaran

Sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai Rasul, terdapat beberapa tanda-tanda kebesaran dan fenomena yang dianggap luar biasa, yang dihubungkan dengan beliau. Fenomena-fenomena ini, baik sejak masa kanak-kanak maupun menjelang kenabian, dianggap sebagai tanda-tanda bahwa Nabi Muhammad adalah sosok istimewa yang kelak akan diutus sebagai Nabi terakhir. Berikut adalah beberapa tanda kebesaran tersebut:

Perlindungan dan Pemeliharaan Khusus Sejak Kecil

Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW telah mendapat perlindungan khusus dari Allah SWT. Beliau dilahirkan sebagai yatim, karena ayahnya, Abdullah, meninggal dunia sebelum kelahirannya. Namun, beliau dirawat dan dibesarkan oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan kemudian pamannya, Abu Thalib, yang sangat mencintai dan melindunginya. Hal ini sering dianggap sebagai tanda bahwa Allah telah menyiapkan beliau sejak kecil untuk tugas besar di masa depan.

Peristiwa Pembelahan Dada

Salah satu peristiwa penting yang menandai masa kecil Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa pembelahan dada, yang terjadi saat beliau masih diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah di pedesaan. Dalam riwayat, dua malaikat datang dan membelah dada Nabi Muhammad, mengeluarkan sesuatu yang disebut sebagai “bagian dari setan” dari hatinya, lalu membersihkan hatinya dengan air zamzam.

Peristiwa ini diyakini sebagai tanda penyucian dan persiapan beliau untuk menjadi Nabi. Ini merupakan simbol pembersihan spiritual yang menunjukkan bahwa sejak kecil, Nabi Muhammad dijaga dari segala dosa dan kesalahan.

Kehidupan yang Jujur dan Amanah

Sebelum diangkat menjadi Nabi, Muhammad SAW dikenal di kalangan masyarakat Mekkah sebagai orang yang sangat jujur dan amanah. Karena sifatnya yang luar biasa dalam memegang kepercayaan, beliau dijuluki “Al-Amin” yang berarti “yang dapat dipercaya.” Kejujurannya menjadi salah satu tanda penting kebesaran Nabi Muhammad, yang kemudian menjadi landasan kepercayaan orang-orang terhadap beliau ketika mulai menyebarkan risalah Islam.

Pada usia 35 tahun, Nabi Muhammad SAW memainkan peran penting dalam penyelesaian sengketa suku-suku Quraisy terkait penempatan Hajar Aswad saat Ka’bah sedang direnovasi. Ketika terjadi perbedaan pendapat yang hampir memicu perang, Nabi Muhammad menawarkan solusi yang adil dengan meminta para pemuka suku untuk bersama-sama mengangkat Hajar Aswad di atas selembar kain, kemudian beliau sendiri yang meletakkannya di tempatnya. Penyelesaian ini menunjukkan kebijaksanaan beliau dan memperkuat reputasi keadilannya.

Naungan Awan dan Peringatan Pendeta Bahira

Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa ketika Muhammad SAW masih kecil atau remaja, awan selalu menaungi beliau ketika berjalan di bawah terik matahari. Peristiwa ini terjadi ketika beliau ikut dalam perjalanan dagang bersama pamannya, Abu Thalib, ke wilayah Syam. Seorang pendeta Nasrani bernama Bahira melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad, termasuk naungan awan tersebut.

Bahira mengenali tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad berdasarkan ciri-ciri fisik dan perilaku beliau, yang telah disebutkan dalam kitab suci sebelumnya. Bahira memperingatkan Abu Thalib untuk menjaga Muhammad dengan baik karena dia akan menjadi seorang Nabi di masa depan. Peristiwa ini sering dianggap sebagai salah satu tanda kebesaran yang dihubungkan dengan nubuat-nubuat dalam agama sebelumnya.

Khalwat di Gua Hira

Sebelum menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW sering menyendiri di Gua Hira di Jabal Nur, dekat Mekkah, untuk bermeditasi dan merenungkan kehidupan. Beliau merasa tidak nyaman dengan kondisi masyarakat Mekkah yang penuh dengan penyembahan berhala dan ketidakadilan.

Fenomena kebiasaan bertafakur dan menjauhi kehidupan sosial yang rusak ini merupakan tanda spiritual bahwa beliau sedang dipersiapkan untuk tugas kenabian. Di sinilah, pada usia 40 tahun, beliau menerima wahyu pertama dari Malaikat Jibril dengan perintah “Iqra’” (Bacalah) yang menandai dimulainya masa kerasulan Nabi Muhammad.

Kajian Penutup

Silsilah yang mulia dan tanda-tanda kebesaran yang menyertai kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasulullah memperlihatkan bahwa Allah SWT telah memilih dan mempersiapkan beliau dengan sebaik-baiknya untuk tugas yang agung.

Sebagai umat Islam, kita tidak hanya mengagumi kisah hidup Nabi, tetapi juga diwajibkan untuk selalu bershalawat setiap kali menyebut nama beliau, sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas kemuliaannya.

Shalawat adalah wujud kecintaan dan penghormatan kita kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dengan bershalawat, kita mendoakan agar Allah selalu memberikan kesejahteraan dan keselamatan kepada beliau, sekaligus berharap mendapat syafaatnya di hari akhir nanti.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56).

Author : Faizatul Uyun ( X TJKT 1 )

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *