Pemikiran obsesif yang berulang

OCD (Obsessive Compulsive Disorder) atau dikenal juga sebagai GOK (gangguan obsesi kompulsi) adalah bentuk masalah kesehatan mental yang membuat pengidapnya mempunyai pemikiran dan dorongan yang tidak bisa dikontrol yang sifatnya berulang (repetitif) dari hasil. Kompulsi yang didasari pikiran atau munculnya perilaku (obsesi). Contoh perilaku kompulsif misalnya mencuci tangan hingga berulang kali setelah melakukan kontak langsung terhadap sesuatu yang menurutnya tidak bersih. 

Gbr 1 OCD

Pemikiran dan perilaku tersebut tidak mampu dikendalikan oleh pengidap. Meski pengidap bisa jadi tidak memiliki pikiran maupun keinginan untuk melakukan hal tersebut, ia seperti tidak berdaya untuk menghentikannya. Artinya, OCD bisa memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan pengidapnya.

Pikiran obsesif maupun tindakan kompulsif tidak.dapat dihindarkan oleh penyintas OCD, penyintas tidak mampu menghentikan keinginan dan memiliki dorongan yang kuat dalam menentukan langkah penolakan pikiran maupun tindakan OCD. 

Keunikan

OCD dulunya merupakan bagian dari gangguan cemas seperti PTSD, serangan panik, Anxiety disorder maupun social anxiety disorder. OCD memiliki perbedaan daripada gangguan cemas yang lain salah satunya dorongan kuat melakukan kegiatan berulang. Kegiatan. Berulang sifatnya hanya melegakan bukan memuaskan (PPDGJ III). Melegakan adalah memberikan kelegaan sementara bagi penyintasnya bukan sifat berkepanjakangan namun akan menghasilkan kecemasan jika tidak dilakukan. 

Diliput melalui channel Neuron. OCD banyak dilewatkan bagi pengintasnya karena hanya berefek kepada ketidaknyamanan perilaku berbeda dengan yang lainnya sehingga fungsi sosialnya berdampak sangat terpengaruh

OCD terlihat bingung, gelisah bahkan aneh bagi orang awam yang yang tidak mengerti bahwa penyintas mengalami gangguan. Namun, kegiatan yang dilakukan bisa sama namun tidak dapat dikatakan OCD apabila tidak dalam kategori mengganggu sehingga berpengaruh dalam fungsi sosialnya. Kadang orang melakukan self diagnose untuk menyatakan dirinya OCD daripada tingkah laku normatif yang ada di dirinya.

Gbr 2 OCD
Gbr 3 OCD

Untuk dapat dikatakan menderita OCD sesuai PPDGJ III penderita harus memiliki setidak pemikiran obsesif, atau pemikiran kompulsif bahkan pemikiran obsesif kompulsif dalam rentang waktu 1 hari dan tidak memiliki tujuan pasti untuk dilakukan.

Gejala obsesi atau kompulsi, atau keduanya, harus ada hampir setiap hari sedikitnya 2 minggu berturut-turut. Merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita.

Gejala Obsesi harus mencaku sebagai berikut:

  1. Harus disadari sebagai pikiran, bayangan, atau impuls diri sendiri.
  2. Sedikitnya ada 1 pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
  3. Pikiran atau kompulsi tersebut bukan merupakan yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau ansietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas)
  4. Gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengeluaran pengulangan menyenangkan (unpleasantly repetitive). 

Adapun penyembuhan dalam penderita gangguan ini adalah dengan melakukan terapi. Terapi yang dilakukan adalah farmakoterapi maupun terapi psikososial. Farmakonterati merupakan terapi dengan pemberian obat kepada penderita  dengan obat antidepresan dengan dosis yang ditentukan oleh psikiater (psikiatri) serta psiko sosial diantaranya

  1. Terapi kognitif perilaku
  2. Psikoterapi berorientasi tilikan
  3. Psikoedukasi

Sangat penting gangguan jiwa tidak dilakukan dengan self diagnosis, namun dengan menghubungi ahli baik psikolog maupun psikiater.

Sumber :

– Judul : Apa itu gangguan Obsesif Kompulsif

– PLDGJ III – Gangguan Obsesif Kompulsif

Author : Monica Nurarizky F. (XI AKL)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *