Sejarah dan Filosofi Petirtaan Ken Dedes

Daftar Isi

Latar Belakang

Petirtaan adalah tempat pemandian yang digunakan bersuci oleh para bangsawan utamanya para wanita pada masa Kerajaan Tumapel untuk berdoa dan bersuci. Wanita pada masa lampau harus melakukan adat istiadat dari leluhur seperti bersuci dan berdoa dikarenakan wanita adalah sosok yang akan melahirkan generasi-generasi penerus bangsa. Agus (2023) . Petirtaan Ken Dedes dibangun oleh para leluhur Kerajaan Tumapel pada tahun 1200-an pada masa Kerajaan tumapel untuk bersuci dan berdoa. Petirtaan ini ditemukan oleh arkeolog Belanda pada tahun 1925 dan dilaksanakan pemutaran oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada tahun 1931. Petirtaan ini memiliki luas 1.112,5 m² di dalam luas lahan berukuran 2.516 m², dengan kedalaman kolam 9 m. Struktur dari kolam di Petirtaan ini berbenah persegi panjang berukuran 22,50×18 m dengan memiliki tangga di sebelah barat terbuat dari bata merah berukuran 35×24×7 cm. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (2020). Petirtaan ini berlokasi di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang merupakan bukti bahwa petirtaan ini peninggalan dari Kerajaan Tumapel.

Petirtaan Ken Dedes disebut bangunan Beji yang berarti tempat suci. Masyarakat pada masa lampau menyebut petirtaan ini dengan sebutan Mbelik yang memiliki arti tempat untuk bersuci dan mandi. Pada zaman Kerajaan Tumapel petirtaan ini merupakan Taman Boboji. Kata ‘Boboji ‘berarti tempat suci. Taman Boboji dibangun oleh para leluhur Kerajaan Tumapel untuk mandi dan bersuci untuk putri-putri raja dari Kerajaan Tumapel
Sejarah Petirtaan Ken Dedes pada Masa Kerajaan Tumapel

Petirtaan Ken Dedes dibangun oleh leluhur Kerajaan Tumapel digunakan untuk berdoa dan bersuci oleh wanita atau putri-putri Kerajaan Tumapel. Petirtaan Ken Dedes dibangun bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Tumapel diperkirakan pada tahun 1222. Kerajaan Tumapel merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Angrok. Kerajaan Tumapel merupakan kerajaan tua yang namanya berasal dari kata Tumempel yang dalam bahasa Jawa memiliki arti nempel yang memiliki makna kerajaan besar yang dikelilingi oleh gunung besar yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Arjuno. Dijelaskan apabila salah satu gunung tersebut meletus maka akan menyebabkan bencana alam. Bila ketiga gunung tersebut meletus dapat menyebabkan Kerajaan Tumapel hancur. Oleh karena itu, para leluhur Kerajaan Tumapel melakukan perjanjian dengan alam dengan cara melakukan adat budaya seperti bersuci dan berdoa, sedekah bumi, grebeg suro, dan sebagainya. Sehingga Kerajaan Tumapel memiliki kesuburan dan kesejahteraan dikarenakan mendapatkan timbal balik dari perlakuan baik leluhur Kerajaan Tumapel kepada alam. Agus (2023)

Ratu Ken Dedes pada masa Kerajaan Tumapel melakukan doa dan bersuci di Petirtaan Ken Dedes atau yang pada zaman dahulu disebut Taman Boboji diabadikan di dalam Lontar Mpu Setyawidi dan Lontar Sastra Adi. Ratu Ken Dedes disucikan di petirtaan ini untuk membuka berkah alam sehingga alam bercahaya dan menyinari Ratu Ken Dedes. Agus (2023). Segala cahaya dan sinar yang dipancarkan oleh Ratu Ken Dedes menggambarkan bahwa Ratu Ken Dedes adalah sosok parameswari yang merupakan sosok yang akan melahirkan raja-raja besar Singasari dan Majapahit (Suwardono,2007). Menurut Zoetmulder dalam Suwardono (2007;109), Pararaton menyatakan bahwa Ratu Ken Dedes adalah Nareswari. Istilah Nareswari dalam kamus Jawa Kuno Zoetmulder dapat diartikan sebagai yang paling unggul diantara wanita; wanita seperti ratu. Jadi, Ratu Ken Dedes adalah sosok perempuan yang kelak akan melahirkan raja-raja besar di Jawa Timur yaitu Kerajaan Tumapel dan Kerajaan Majapahit.

Masa Kerajaan Tumapel

Petirtaan Ken Dedes dibangun oleh leluhur Kerajaan Tumapel digunakan untuk berdoa dan bersuci oleh wanita atau putri-putri Kerajaan Tumapel. Petirtaan Ken Dedes dibangun bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Tumapel diperkirakan pada tahun 1222. Kerajaan Tumapel merupakan kerajaan yang didirikan oleh Ken Angrok. Kerajaan Tumapel merupakan kerajaan tua yang namanya berasal dari kata Tumempel yang dalam bahasa Jawa memiliki arti nempel yang memiliki makna kerajaan besar yang dikelilingi oleh gunung besar yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo, dan Gunung Arjuno. Dijelaskan apabila salah satu gunung tersebut meletus maka akan menyebabkan bencana alam. Bila ketiga gunung tersebut meletus dapat menyebabkan Kerajaan Tumapel hancur. Oleh karena itu, para leluhur Kerajaan Tumapel melakukan perjanjian dengan alam dengan cara melakukan adat budaya seperti bersuci dan berdoa, sedekah bumi, grebeg suro, dan sebagainya. Sehingga Kerajaan Tumapel memiliki kesuburan dan kesejahteraan dikarenakan mendapatkan timbal balik dari perlakuan baik leluhur Kerajaan Tumapel kepada alam. Agus (2023)

Ratu Ken Dedes pada masa Kerajaan Tumapel melakukan doa dan bersuci di Petirtaan Ken Dedes atau yang pada zaman dahulu disebut Taman Boboji diabadikan di dalam Lontar Mpu Setyawidi dan Lontar Sastra Adi. Ratu Ken Dedes disucikan di petirtaan ini untuk membuka berkah alam sehingga alam bercahaya dan menyinari Ratu Ken Dedes. Agus (2023). Segala cahaya dan sinar yang dipancarkan oleh Ratu Ken Dedes menggambarkan bahwa Ratu Ken Dedes adalah sosok parameswari yang merupakan sosok yang akan melahirkan raja-raja besar Singasari dan Majapahit (Suwardono,2007). Menurut Zoetmulder dalam Suwardono (2007;109), Pararaton menyatakan bahwa Ratu Ken Dedes adalah Nareswari. Istilah Nareswari dalam kamus Jawa Kuno Zoetmulder dapat diartikan sebagai yang paling unggul diantara wanita; wanita seperti ratu. Jadi, Ratu Ken Dedes adalah sosok perempuan yang kelak akan melahirkan raja-raja besar di Jawa Timur yaitu Kerajaan Tumapel dan Kerajaan Majapahit.

Peninggalan-Peninggalan

Kolam Petirtaan Ken Dedes

Kolam pemandian yang ada di Petirtaan Ken Dedes. Kolam ini adalah kolam yang digunakan oleh para bangsawan Kerajaan Tumapel untuk mandi, berdoa, serta bersuci. Namun, keadaan struktur bangunan kolam pemandian pada Petirtaan Ken Dedes sudah tidak utuh disebabkan terkikis oleh air. Struktur dari kolam di Petirtaan ini berdenah persegi panjang berukuran 22,50×18 m dengan memiliki tangga di sebelah barat terbuat dari bata merah berukuran 35x24x7 cm Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (2020). Air di dalam kolam pemandian ini berasal dari sumber mata air yang berada di bawah Pohon Lo Sumber mata air yang seharusnya keluar dari Arca Jaladwara pun sudah tidak semuanya mengeluarkan pancuran aliran air dari sumber mata air disebabkan karena tekanan air yang datang dari sumber sudah tidak mencapai kepada lubang untuk arca tempat air tersebut mengalir. Agus(2023).

Arca Jaladwara

Di Petirtaan Ken Dedes terdapat 12 lubang untuk arca berkepala kera yang disebut dengan nama Arca Jaladwara. ‘Jaladwara’ berasal dari kata ‘Jala’ yang berarti tempat air, dan ‘Dwara’ yang berarti keluar. Jadi, kata ‘Jaladwara’ memiliki arti tempat keluar air. Arca Jaladwara merupakan saluran yang digunakan untuk menyalurkan air dari sumbernya ke kolam pemandian. Agus (2023)

Watu Gores

Watu Gores merupakan peninggalan masa lampau berupa batu yang memiliki goresan. Watu Gores berasal dari kata bahasa Jawa ‘Watu’ yang artinya batu, dan ‘Gores’ yang berarti goresan. Watu Gores digunakan pada zaman dahulu untuk mengasah pedang yang akan digunakan untuk memenggal putra atau laki-laki yang mengintip para putri atau wanita yang sedang bersuci dan berdoa di Petirtaan Ken Dedes. Pada zaman dahulu wanita sangat dijaga sehingga siapapun yang berani tidak menghargai wanita seperti mengintip saat mandi dan bersuci maka akan dihukum mati. Agus (2023)

Watu Dhakon

Watu Dakon adalah peninggalan masa lampau dari Kerajaan Tumapel yang merupakan batu yang dimanfaatkan sebagai kalender. Watu Dhakon memiliki 28 ukiran lubang dengan susunan 7 lubang memanjang ke samping dan 4 lubang memanjang ke bawah. Lubang pada batu yang berjumlah 28 tersebut dipergunakan pada masa Kerajaan Tumapel sebagai tanggal yang digunakan untuk jadwal mandi dan bersuci para wanita atau putri-putri pada masa Kerajaan Tumapel. Agus (2023)

Sumur Upas

Sumur Upas merupakan sumur yang berisi air yang bersumber dari Sungai Babat Tanah yang mengalir sampai ke laut selatan. Di dalam sumur ini masih terjaga kebersihan dan kejernihan dari sumber mata air dan masih sering digunakan dan masih diyakini oleh masyarakat bahwa air dari sumber ini suci, sehingga banyak pengunjung yang memiliki latar belakang perbedaan keyakinan dan tujuan mendatangi tempat ini. Di sisi Sumur Upas terdapat Pohon Lo yang di bawahnya terdapat sumber yang konon berasal dari Gunung Arjuno. Agus (2023).
Di dekat Sumur Upas juga terdapat gua yang konon pada masa Kerajaan Tumapel digunakan untuk berlindung dan bersembunyi oleh bangsawan Kerajaan Tumapel dari kejadian peperangan yang ada pada masa Kerajaan Tumapel. Namun, keberadaan sumur ini sudah hilang dikarenakan tertimbun oleh reruntuhan alam yang disebabkan oleh perkembangan alam maupun bencana alam yang menyebabkan struktur susunan dari alam berubah dan mengubur gua tersebut.

Filosofi-Filosofi

Lubang pada Petirtaan Ken Dedes Berjumlah 12

“Di Petirtaan Ken Dedes terdapat 12 lubang untuk arca berkepala kera, 12 lubang untuk arca tersebut bersimbol seorang putri/wanita, yang memiliki 12 lubang yaitu 1 lubang pada mulut, 2 lubang pada hidung,2 lubang pada telinga, 2 lubang pada mata, 1 lubang pada pusar, 2 lubang pada payudara, 1 lubang pada kemaluan, 1 lubang pada anus. Sedangkan 12 juga dilambangkan adalah kunci surga, yaitu kalimat la ilaaha illallah yang memiliki 12 huruf. Jadi, makna dari filosofi ada 12 lubang untuk arca adalah melambangkan seorang putri/wanita yang dilambangkan sebagai kunci surga. Maka dari itu, seorang perempuan harus dijaga yaitu harus suci dengan cara mandi untuk bersuci.” Agus (2023)

Watu Dhakon Memiliki Ukiran Lubang Berjumlah 28

“Watu Dhakon yang memiliki 28 lubang, 7 lubang memanjang ke samping dan 4 lubang memanjang ke bawah. 7 lubang memanjang ke samping memiliki filosofi jagat alit bumi memiliki 7 lapisan, yaitu 7 lapisan bumi, 7 lapisan atmosfer, 7 lapisan kulit manusia. 4 lubang memanjang ke bawah memiliki filosofi unsur bumi ada 4 yaitu air, tanah, api, udara. Lubang pada batu yang berjumlah 28 itu dipergunakan untuk jadwal para putri/wanita untuk mandi dan bersuci di Petirtaan Ken Dedes.” (Agus,2023)

Ditulis oleh : Riskianti