Sekilas, kita pernah menemukan kata-kata “mental health” dalam sebuah majalah, koran, website, atau mungkin orang sekitar kita yang mengutarakan sekelompok huruf tersebut. Kita pun berpikir bahwa mental health itu intinya ya kesehatan mental, titik. Tapi sebenarnya artinya mengakar loh. Kepo ya? Baca yuk
Umumnya, kesehatan mental adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Perlu kamu ketahui bahwa peristiwa dalam hidup yang berdampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang bisa berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Misalnya, pelecehan saat usia dini, stres berat dalam jangka waktu lama tanpa adanya penanganan, dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Berbagai kondisi tersebut bisa membuat kondisi kejiwaan seseorang terganggu, sehingga muncul gejala gangguan kesehatan jiwa. Sebenarnya ya, ada banyak sekali penyakit mental disekitar kita, dari yang umum seperti depresi, narsistik, burn-out, ADHD sampai yang langka seperti gangguan kepribadian ganda (DID) pun ada.
Apa Saja Penyebabnya?
Sebenarnya, gangguan mental bisa terjadi pada siapa saja, tapi ada beberapa kondisi yang bisa menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan jiwa “tertentu”. Antara lain:
- Cedera pada kepala.
- Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan kesehatan jiwa dalam keluarga.
- Kekerasan dalam rumah tangga atau bentuk pelecehan lainnya.
- Adanya riwayat kekerasan saat kanak-kanak.
- Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
- Mengalami diskriminasi
- Kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
- Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
- Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
- Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
- Stres berat yang terjadi dalam waktu yang lama.
- Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
- Tinggal pada lingkungan perumahan yang buruk.
- Mengalami trauma yang signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau tindakan kriminal lainnya.
- Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
Faktor-faktor Risiko
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan resiko seseorang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Faktor tersebut antara lain:
- Wanita berisiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan, sedangkan laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan antisosial.
- Wanita setelah melahirkan.
- Adanya masalah pada masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
- Menjalani profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.
- Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.
- Mempunyai riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
- Adanya riwayat penyakit mental sebelumnya.
- Mengalami kegagalan dalam hidup, seperti sekolah atau kehidupan kerja.
- Menyalahgunakan alkohol atau obat-obatan terlarang.
Gejala Yang Harus Dikenali
Gejala gangguan kesehatan jiwa bisa berbeda tergantung pada jenisnya.
Kendati demikian, gejala umum dari kelainan kesehatan ini yang bisa kamu kenali antara lain:
- Delusi, paranoia, atau halusinasi.
- Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
- Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
- Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
- Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
- Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
- Adanya pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
- Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
- Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
- Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
- Menunjukkan perubahan suasana hati secara mendadak yang menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain.
- Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut yang tidak biasa.
- Perasaan sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
- Merokok, minum alkohol lebih banyak dari biasanya, atau bahkan menggunakan narkoba.
- Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
- Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
- Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi ke sekolah atau tempat kerja.
- Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.
Tindakan Kita
Diagnosis dari pihak profesional dan pengobatan. Itu adalah jawaban paling singkat dan tindakan paling tepat untuk dilakukan. Mengapa? Karena kita tidak bisa hanya mengandalkan informasi dari satu arah dan menyimpulkannya begitu saja. Kita juga tidak bisa memendam gangguan tersebut, malah kalau memang itu yang sekarang kamu lakukan, mungkin gangguan itu tidak mereda dan bahkan bisa menjadi lebih parah.
Pengobatan yang dilakukan diantaranya:
- Psikoterapi. Jenis terapi dengan media yang aman untuk mengungkapkan perasaan dan memberikan saran yang sesuai. Jadi ngga ada yang namanya salah diagnosis.
- Obat. Seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRIs), dan antidepresan trisiklik.
- Perawatan intensif di rumah sakit. Kalau yang ini, sudah tingkat yang berbahaya, karena biasanya pengidapnya sudah memiliki suicidal thoughts (pikiran bunuh diri) atau tidak bisa lagi ditangani oleh orang awam.
- Supporting group. Jadi kamu masuk dalam komunitas beranggotakan pengidap penyakit kesehatan mental yang sejenis atau mereka yang sudah dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Agar dapat melakukan pemulihan yang lebih tepat, cepat, dan optimal.
- Stimulasi pada otak. terapi ini berupa elektrokonvulsif, stimulasi magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang bernama stimulasi otak dalam, dan stimulasi saraf vagus.
- Rehabilitasi. Memiliki tujuan utama untuk membantu menangani pengidap gangguan kesehatan mental yang terjadi karena ketergantungan akibat penyalahgunaan zat terlarang.
- Perawatan mandiri. Seperti mengubah pola hidup dan pola makan sehat, serta mampu mengelola stres dengan baik.
Cara Mencegah
Selain itu, kamu juga bisa melakukan beberapa upaya untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan jiwa antara lain:
- Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.
- Membantu orang lain dengan tulus.
- Membiasakan berpikir positif.
- Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
- Mencari bantuan profesional jika memang kamu memerlukannya.
- Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
- Memastikan tubuh mendapatkan cukup waktu istirahat.
Sumber: