Pokja Jamur, Andil Penting dalam Sekolah Adiwiyata
Kelompok kerja atau biasa disingkat Pokja adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam penerapannya, pokja sendiri sangat luas dan banyak macamnya. Salah satu penerapannya bisa dilakukan di sekolah-sekolah, khususnya sekolah adiwiyata.
Membahas tentang sekolah adiwiyata, SMKN 12 Malang juga merupakan sekolah adiwiyata nasional yang menuju adiwiyata mandiri. Dengan sebutan sekolah adiwiyata nasional, di dalamnya tentu banyak terdapat pokja yang menunjang terselenggaranya adiwiyata. Salah satunya adalah Pokja Jamur yang telah berdiri sejak tahun 2014. Berdirinya pokja ini, dirintis oleh dua orang guru setempat, yakni Ibu Dra. Henny Chrystiana dan Ibu Ariefianita Widjayanti, S.Pd. Ibu Dra. Henny Chrystiana menjalankan pokja jamur selama dua tahun. Selanjutnya Ibu Ariefianita Widjayanti, S.Pd., yang lebih dikenal dengan panggilan Bu Fifi Musik melanjutkan mengemban amanah ini dengan didampingi oleh Ibu Khoirul Uma.
Untuk anggota pokja jamur dilakukan pergiliran setiap tahunnya, diawali dengan jurusan MM selama dua tahun kemudian XI TKJ-2, dan kini X TKJ-1.
Pada mulanya budidaya yang dikembangkan adalah jamur tiram serta budidaya cacing, namun seiring berjalannya waktu, budidaya cacing tidak berjalan sesuai harapan. Alhasil, budidaya jamurlah yang terus dijalankan hingga saat ini. Sejak tahun 2017, telah dibudidayakan dua jenis jamur, yakni jamur tiram dan jamur kuping.
Untuk pembuatan backlog atau media tanam, mereka membuat sendiri di tempat pembuatan backlog dan bibit di daerah Poncokusumo.
Menurut Bu Fifi, perawatannya cukup gampang. Pertama, yang harus diperhatikan adalah alas tempat pembudidayaan yaitu berupa pasir. Penggunaan pasir sebagai alas dirasa tepat, karena air yang telah digunakan untuk menyiram jamur bisa mengendap di pasir tersebut, sehingga tetap terjaga kelembabannya. Kemudian dinding-dinding di sekeliling rak jamur harus disiram dengan air, hal ini dilakukan juga untuk menjaga kelembaban ruang budidaya. Selanjutnya, untuk backlog jamur tiram hanya cukup diembun atau disemprot air, kalau jamur kuping, bisa disiram sampai basah. Karena untuk jenis jamur kuping diperlukan kelembaban yang lebih tinggi daripada jamur tiram, sehingga backlog jamur kuping diletakkan di rak bagian bawah agar kelembabannya tetap terjaga.
Panen dapat dilakukan setiap hari dengan memerhatikan kondisi jamur. Jamur siap panen memiliki permukaan yang lebar dan pinggir-pinggir jamur tipis. Biasanya saat panen bisa menghasilkan 2-4 kg per hari. Setelah itu pemasaran dapat langsung dijual ke ruang guru. Selain guru-guru, siswa juga dapat membeli jamur dengan cara memesan jauh-jauh hari. Untuk harga yang dibandrol adalah Rp 14.000,00 per kilogram untuk jamur tiram, Rp 28.000,00 per kilogram untuk jamur kuping basah, dan untuk jamur kuping kering bisa mencapai Rp 100.000,00 per kilogram tergantung kualitas jamur dan tingkat kekeringannya.
Hasil penjualan dapat langsung dibukukan dan akan digunakan untuk membeli bahan-bahan pembuatan backlog dan bibit. Karena setiap 4 bulan sekali backlog sudah harus diganti.
Bu Fifi juga memiliki harapan yaitu agar pokja jamur tetap berjalan secara konsisten, mengingat SMKN 12 Malang adalah sekolah adiwiyata dan pokja jamur juga termasuk bagian dari adiwiyata. Beliau juga berpesan kepada para anggota pokja jamur agar bertugas dengan sepenuh hati supaya bisa merawat jamur-jamur seperti merawat anak sendiri, sehingga bisa tumbuh menjadi jamur yang berkualitas dan berharga jual tinggi 🙂
Sukses terus Pokja Jamur! Tunjukkan kalian yang terbaik! Keep Hard Work To Achieve Whatever You Want 🙂
By: Sely&AidaN-Timjurnalistiksmechatwolasma