WABAH CORONA, MUSIBAH ATAU PERINGATAN?
Oleh Lissa’adah, M.Pd.I.
Dari laman sunting sumber disebutkan bahwa wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antarnegara atau seluruh dunia.
Pada awal Januari tahun 2020, wabah corona atau covid 19 mulai menyerang banyak penduduk kota Wuhan, Tiongkok hingga menewaskan ribuan penduduknya. Wabah ini ternyata tidak berhenti di kota Wuhan saja, tetapi meluas hingga ke banyak negara.Sudah pasti ini merupakan musibah besar dalam skala internasional.
Negara-negara kaya bahkan negara adidaya seperti Amerika Serikat ikut terpapar. Negara-negara besar dan dan kuat di Eropa juga tak luput dari serangan corona. Hingga tanggal 31 Maret 2020 pukul 16.21 sebanyak 789.218 orang positif terjangkit corona dan kurang lebih 39.000 telah meninggal dunia.
Keadaan ini menjadi penyebab banyaknya negara yang menerapkan pembatasan wilayah (lockdown) untuk menghambat meluasnya pandemi ini. Dengan diterapkannya pembatasan wilayah ini, maka perekonomian dunia juga megalami penurunan yang tajam.
Wabah penyakit yang meluas disusul dengan anjloknya perekonomian pada banyak negara adalah musibah yang sangat besar. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, satu musibah datang diikuti dengan musibah yang lainnya.
Lantas, bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim menghadapi musibah ini? Haruskah kita sebagai bagian dari masyarakat internasional berputus asa? Atau berburuk sangka pada ketetapan Allah?
Allah berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah swt”. (Q.S. al-Hadīd/57:22).
Bisa jadi musibah Covid-19 ini adalah alat Allah untuk menyadarkan kita sebagai Mahluk-Nya untuk tidak lagi berbuat sombong dan aniaya di muka bumi. Negara super powerpun bisa dibuat tak berdaya hanya dalam waktu beberapa hari saja oleh makhluk Allah yang hanya bisa di lihat dengan mikroskop itu.
Kita yakin betul bahwa ilmu Allah SWT, kehendak-Nya, catatan-Nya, dan penciptaan-Nya semua itu adalah kebijaksanaan, keadilan, kasih sayang, dan kebaikan.
Keburukan bukanlah sifat Allah SWT dan bukan pula pekerjaan-Nya.
Firman Allah SWT dalam Q.S.Yµnus/10:44,. “Sesungguhnya Allah SWT tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada dirinya sendiri”.
Allah sangat menyayangi orang-orang yang mengakui-Nya sebagai Rabb dan menyembah-Nya. Demikianlah memang tujuan dari penciptaan kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah.
Oleh karena itu, jika ada di antara hamba-hamba-Nya yang masih lemah imannya, maka Allah akan berikan peringatan dengan banyak cara sebagai petunjuk untuk kembali kepada jalan yang diridai-Nya.
Mudah-mudahan kita dijauhkan Allah dari segala macam bentuk bencana dan marabahaya. Semoga pula Allah tetap memberikan hidayah juga nikmat Iman dan Islam kepada kita. Aamiiin.***
*Penulis,* guru PAI SMKN 12 Malang, Jawa Timur.