Ada banyak istilah yang disematkan untuk setiap generasi yang ada. Salah satu diantaranya yaitu istilah populer yang tengah hangat jadi perbincangan di kanal sosial media bernama generasi strawberry (strawberry generation). Istilah generasi strawberry berkembang pertama kali di Thailand dan sebutan ini ditunjukkan kepada generasi muda yang lahir pada tahun 90an keatas. Persepsi generasi strawberry yang berkembang saat ini dianggap memiliki pola pikir yang rapuh seperti halnya buah strawberry.
Perkembangan lingkungan generasi muda tidak dapat dihindarkan dengan fenomena generasi strawberry. Menyiasati perkembangan zaman yang semakin maju dan perlunya pembangunan mental serta karakter untuk memiliki daya saing maka SMK Negeri 12 Malang menyelenggarakan seminar Penguatan Karakter di Era Generasi Strawberry. Seminar dilaksanakan pada selasa (14/3) bertempat di gedung balai batik mulai pukul 08.45 s/d 11.00 WIB. Seminar penguatan karakter di era generasi strawberry diikuti oleh para dewan guru SMK Negeri 12 Malang beserta tamu undangan guru BK SMP Negeri/ Swasta Kota & Kabupaten Malang.
Kepala SMK Negeri 12 Malang dalam sambutannya menyampaikan “Karena pengembangan karakter itu merupakan bagian penting dalam mencetak generasi unggul dan peserta didik mampu memilih dan mengembangkan kompetensi sesuai bakat dan minatnya”. generasi masa kini perlu mendapatkan pengetahuan karakter positif agar kedepan dapat konsisten dan menerapkan pola belajar yang efektif bagi kebutuhan masa depannya.
Penting pemahaman karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Guru sebagai media penyampaian dan unsur pembangunan karakter harus mampu memberikan sarana berfikir yang konstrukif agar mempermudah peserta didik memahami kebutuhan diri untuk masa depan dan berdaya saing. Prof. Dr. Hari Wahyono, M.Pd selaku narasumber memberikan penjelasan bahwa “pada saat ini, peserta didik harus memilki gaya adaptasi yang tinggi dengan perkembangan zaman, mengelola emosi, entrepreunership, literasi, gaya adaptasi, kretifitas dan berfikir kritis. Maka dari itu guru harus bisa menanamkan kapabilitas (kecakapan menerapkan kompetensi) kepada peserta didik”.