Karya Siswa di Bioskop MCC: Bikin Nangis, Kesal, dan Bikin Pengen Nonton Lagi!

MALANG, 5 Juni 2025 – Kami baru saja ngalamin hari paling seru sekaligus menyentuh di Malang Creative Center (MCC). Dua film karya siswa SMKN 12 Malang dari jurusan Broadcasting dan Perfilman kelas industri resmi tayang perdana! Judulnya? “$ekolah” dari anak-anak kelas X dan “Jejak Bapak” dari kelas XI. Tapi tunggu dulu, ini bukan sekadar nonton film—ini pengalaman yang bikin merinding, bikin mikir, dan bikin bangga jadi bagian dari generasi muda.

Acara ini makin keren karena ada dukungan langsung dari Paradise Academy—sebuah lembaga pelatihan yang fokus di dunia film dan industri kreatif. Mereka satu grup sama Paradise Pictures, yang lebih ke ranah produksi alias Production House-nya. Jadi kolaborasi ini tuh bener-bener nyatuin dunia belajar dan dunia industri.

Opening yang Penuh Inspirasi

Sesi pembuka dibuka oleh Pak Vicky dari Paradise Pictures. Beliau ini salah satu kru andalan yang udah biasa wara-wiri di dunia produksi film. Kata beliau, kerja bareng anak-anak SMKN 12 itu menyenangkan dan penuh kejutan. Bukan cuma soal bikin film, tapi juga soal semangat kolaborasi dan belajar bareng.

Pak Suryanto, Kepala SMKN 12 Malang, juga nggak kalah semangat. Beliau nyambut teman-teman dari berbagai SMP di Malang yang datang nonton. Pak Suryanto sempet ngenalin jurusan-jurusan di sekolah ini, terutama program kelas industri perfilman yang makin kece aja tiap tahunnya. Eh, dan pas banget, ternyata hari itu ulang tahun beliau—jadinya semua penonton spontan nyanyi bareng ngucapin selamat. Suasana langsung pecah!

Ngintip Proses di Balik Layar

Kami juga diajak nonton behind the scenes alias proses produksi dua film keren tadi. Mulai dari ide cerita, latihan adegan, sampai syuting di lapangan. Di bagian ini, kelihatan banget perjuangan tim produksi. Ada suka, ada stres, ada drama juga pastinya. Tapi dari situ justru kelihatan kalau mereka bukan cuma bikin film, tapi juga tumbuh bareng sebagai tim yang solid.

Salah satu kru dari film “$ekolah” bilang gini:

“Semoga setelah kegiatan produksi film kolaborasi ini, kita bisa semakin mahir dan lebih profesional dalam membuat dan menayangkan film ke depannya.”

Film Pertama: “$ekolah” yang Bikin Geram

Film pertama yang diputer berjudul “$ekolah”. Awal-awalnya sih santai, tapi makin lama suasananya makin mencekam. Ceritanya soal orang tua yang coba suap pihak sekolah biar anaknya diterima. Adegan-adegan dalam film ini tuh sukses bikin penonton gemes dan kesel banget. Bahkan kami sendiri sempet desahan, “Aduh, tega banget sih!”

Film Kedua: “Jejak Bapak” yang Bikin Tisu Laris

Lanjut ke film kedua, “Jejak Bapak”. Nah ini dia film yang sukses bikin satu ruangan nyaris nangis bareng. Ceritanya tentang anak yang mengenang sosok bapak yang udah nggak ada. Simpel sih, tapi dalem banget. Penonton bener-bener dibuat larut sama emosinya. Kami juga, jujur aja, ikut terhanyut.

Ngobrol Bareng Sutradara: Gak Cuma Bikin, Mereka Juga Ngerti Apa yang Mereka Ceritain

Setelah dua film keren itu tayang, kami langsung dapat kesempatan ngobrol santai sama dua sutradaranya. Tegar Prayoga, sutradara film “$ekolah”, bilang kalau dia pengen ngasih sentilan lewat film—tentang kejujuran dan keadilan yang makin langka. Tim produksinya dibagi jadi delapan divisi, dan semua isinya anak-anak kelas industri. Tegar ngaku seneng banget karyanya bisa nembus layar lebar.

“Film ini sangat bermakna karena kita hidup di tengah banyaknya berita tentang ketidakadilan dan ketidakjujuran. Dengan menonton film ini, kita bisa mulai melatih diri untuk lebih jujur dan adil.”

Ezyza Fadia, alias Kak Ziza, adalah sutradara dari “Jejak Bapak”. Katanya, ide cerita datang dari kisah keluarga sendiri. Tapi biar nggak terlalu berat, ceritanya dibikin ringan dan menyentuh.

“Kita harus tetap semangat walaupun tidak ada sosok bapak yang mendukung kita. Kita juga harus tetap bersosialisasi walaupun tidak ada bapak yang memberi contoh kepada kita.”

Ziza juga cerita soal tantangan jadwal yang padat dan proses produksi yang harus gercep. Tapi semua anak-anak kelas XI BCF tetap semangat. Film ini dikerjakan selama dua bulan, dan dia berharap bisa diputar di banyak tempat, bahkan ikut festival.

Kata Mentor: Anak-Anak Ini Udah Siap Terjun ke Industri!

Kami juga sempat ngobrol dengan Pak Jeffry, founder Paradise Academy sekaligus mentor utama di kelas industri SMKN 12 Malang. Beliau bilang kalau semua proses film dilakukan 100% oleh siswa—dari nulis, syuting, edit, sampai distribusi. Anak-anak ini udah terlatih buat kerja tim dan ambil tanggung jawab.

“Mungkin ada sedikit yang perlu diperbaiki, tapi secara keseluruhan semuanya sudah sangat baik. Anak-anak menunjukkan inisiatif dan tanggung jawab luar biasa.”

Untuk siswa kelas X, Pak Jeffry berharap mereka bisa terus naik level ke pembelajaran yang lebih advance. Dan buat kelas XI, waktunya bersiap masuk dunia industri beneran—karena tantangannya jauh lebih kompleks.

Respon Penonton: Dari Nangis sampai Pengen Nonton Lagi!

Kami sempat wawancara beberapa penonton juga. Zivana, siswi MTs NU Pakis, bilang kalau “Jejak Bapak” tuh bikin dia nangis karena ceritanya dalem banget.

“Filmnya bisa banget bikin kita merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh-tokohnya. Konsep ceritanya juga keren dan menyentuh banget.”

Bu Syafa, guru pendamping dari MTs NU Pakis, kasih nilai plus buat kedua film. Menurut beliau, “$ekolah” jadi pengingat pentingnya kejujuran di dunia pendidikan. Sementara “Jejak Bapak” mengangkat pentingnya sosok ayah buat pembentukan karakter anak.

“Film ini memberikan pelajaran penting bahwa kejujuran dan keadilan harus diutamakan, dan sosok bapak sangat memengaruhi pembentukan karakter anak.”

Bu Devi, guru BK dari SMP Kartika IV-8, sampe bilang kalau dia pengen nonton ulang!

“Film ‘$ekolah’ memberikan nilai edukatif bahwa kita tidak boleh merugikan orang lain. Sedangkan ‘Jejak Bapak’ sangat relate karena banyak siswa yang juga mengalami kehilangan sosok orang tua.”

Dinda dan Kharisma, siswa kelas 7 dari SMP Kartika IV-8, juga nggak mau ketinggalan buat komentar.

“Kami suka banget! Filmnya bagus dan cocok banget buat siswa seumuran kami,” kata mereka barengan.

Akhirnya, Ini Bukan Sekadar Tayang Film

Jujur aja, acara ini tuh lebih dari sekadar pemutaran film. Kami merasa kayak lagi nonton festival film mini, yang digarap serius tapi tetap fun. Dan yang paling keren: semua ini karya anak-anak SMK! Acara ini bukti kalau dunia pendidikan bisa banget nyambung langsung sama industri kreatif. Jadi buat kalian yang belum sempat nonton, siap-siap aja ya kalau nanti ada pemutaran ulang. Wajib banget ditonton bareng temen atau guru di sekolah!

Penulis: NISRINA AZKA (X DKV 1), AIRA JULIANA (X KLR 1)

One comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *