Adiksi, mungkin beberapa dari kita menganggap adiksi ini seperti adiktif. Memang kedua kata itu memiliki arti yang pada umumnya sama, yaitu kecanduan atau ketagihan. Yang membedakan adalah adiksi merupakan individu yang merasa kecanduan melakukan/ mengonsumsi “sesuatu” secara terus menerus. Sedangkan adiktif merupakan zat candu yang memunculkan sensasi tertentu sehingga para pengguna tersebut merasa ketagihan dan menikmati “zat” tersebut secara berlebihan.
Tapi, disini kita cukup membahas adiksi. Kita sudah tahu adiksi itu apa, tertera pada paragraf pertama-yaitu individu yang merasa kecanduan akan melakukan/ mengonsumsi “sesuatu” secara terus menerus. Nah, adiksi ini juga dibagi menjadi 2, adiksi perilaku dan adiksi zat. Adiksi zat merupakan orang yang kecanduan untuk mengonsumsi zat, misal alkohol, kafein, ganja, halusinogen, inhalants, opioid, anxiolytics (obat anti cemas), stimulan, obat penenang (sedatives), hypnotics, dan rokok. Dan adiksi perilaku merupakan orang yang melakukan suatu hal secara berlebihan, seperti mendengarkan musik, main game, main judi, tak terkecuali main internet.
Pasti kita bertanya-tanya, bagaimana kita bisa kecanduan sampai lupa waktu, lupa diri, bahkan lupa dengan orang sekitar? Simak penjelasan berikut.
Menurut Siloam hospital, adiksi bukan disebabkan oleh satu kondisi saja, tapi dipicu oleh kondisi yang sangat kompleks. Terdapat dugaan bahwa penyebab kecanduan berkaitan dengan perubahan reaksi senyawa kimia yang memengaruhi pusat penghargaan (reward) di dalam otak. Saat melakukan suatu hal yang menyenangkan, seperti melakukan hobi, menghabiskan waktu dengan orang terdekat, atau mengonsumsi makanan lezat, tubuh akan melepaskan hormon dopamin yang bisa memicu perasaan bahagia. Pengalaman ini dapat membuat seseorang ingin melakukan aktivitas tersebut secara berulang karena bisa memperoleh penghargaan berupa perasaan bahagia.
Namun, jika tubuh melepaskan hormon dopamin secara berlebihan, hal tersebut bisa mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Kondisi ini dapat membuat seseorang memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu secara tidak sehat dan berlebihan. Lama kelamaan, aktivitas yang memicu produksi hormon dopamin ini dapat mengubah aktivitas kimia di dalam otak sehingga membuat seseorang tidak lagi sensitif terhadap efeknya dalam memberikan perasaan bahagia. Akhirnya, seseorang akan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas tersebut agar bisa memiliki efek yang serupa seperti sebelumnya.
Mengerikan bukan? Bukan hanya itu saja, jika sifat ini tidak dicegah sejak dini, atau setidaknya mencoba untuk berkonsultasi dengan orang terdekat atau tidak ahli, efeknya bisa bertambah buruk, contohnya bergantung pada / zat tersebut, isolasi sosial, perubahan kepribadian, atau lebih parah gangguan jiwa.
Lalu, bagaimana cara mencegah diri sendiri dari lingkaran tersebut? Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah konsultasi dengan orang terdekat, misalkan teman, orang tua, saudara, atau orang lain yang kita sebagai orang terpercaya. Kita juga bisa menggali lebih dalam tentang masalah tersebut, guna edukasi yang bisa menyelamatkan kita dan orang disekitar kita.
Kesimpulannya, adiksi itu adalah individu yang melakukan hal yang disukai berulang dengan alasan karena memberikan efek yang memuaskan. Adiksi ini berbahaya, mengingat bahwa kita bisa kehilangan waktu hanya karena ingin menikmati hal yang serupa terus menerus, tanpa henti. Adiksi ini jika sudah kronis, sulit untuk dihentikan tanpa bantuan obat, dan oengidapnya akan kesetanan jika “sesuatu” itu tidak digenggam atau dilihatnya, mengingat itu sumber kebahagiaannya, jadi tidak heran jika mereka bersikap demikian karena mereka menganggap bahwa satu-satunya hal yang sudah melekat dengan pikirannya menghilang.