Kusutnya Kepabeanan Indonesia Dari Pengalaman Warganet

Hai, aku siswa kelas XI SMK jurusan Akuntansi. Meskipun aku nggak ikut kelas industri yang khusus membahas perpajakan, tapi topik ini tetep menarik banget buat aku, apalagi kalau kita ngomongin kaitannya dengan kepabeanan. Kenapa? Karena kedua hal ini, perpajakan dan kepabeanan, punya peran besar dalam perekonomian negara. Kepabeanan itu mengatur alur barang dan jasa yang masuk ke Indonesia, sementara perpajakan memastikan negara dapat pendapatan untuk membiayai berbagai sektor.

Jadi, meskipun aku lebih fokus ke dunia akuntansi, aku juga mulai sadar bahwa sebagai warga negara, aku harus paham gimana sistem perpajakan dan kepabeanan bekerja. Ini bukan cuma soal bayar pajak atau urusan barang impor, tapi juga soal bagaimana sistem ini mendukung pembangunan negara dan kesejahteraan kita semua. Nah, makanya aku tertarik banget buat ngulik lebih dalam soal ini, apalagi di tengah banyaknya kasus yang sering viral soal masalah kepabeanan di Indonesia. Jadi, gini ceritanya:

Sekilas Tentang Kepabeanan

Pertama-tama, bea itu sebenarnya kayak “uang tiket” yang dikenakan pemerintah untuk barang yang keluar atau masuk negara kita. Ada Bea Masuk untuk barang impor, biar industri dalam negeri nggak keteteran dan pendapatan negara bisa naik. Lalu ada Bea Keluar buat barang ekspor, supaya barang-barang yang kita butuhkan tetap ada di dalam negeri dan harga nggak melejit. Simpel, kan?

Tapi, kepabeanan itu nggak cuma urusan uang doang, lho. Bayangin kayak tim multitasking yang tugasnya ngawasin barang-barang yang lewat, ngitung pajak dan bea, sampai memastikan aturan impor dan ekspor jalan dengan benar. Tujuannya? Ya jelas buat melindungi ekonomi kita, mendukung perdagangan internasional yang fair, dan pastinya ningkatin pendapatan negara. Big deal banget, ya?

Ngomong-ngomong, tahu nggak sih kalau setiap 26 Januari ada yang namanya Hari Kepabeanan Internasional? Ini momen di mana seluruh dunia ngerayain betapa pentingnya peran kepabeanan dalam menjaga perdagangan internasional tetap lancar. Nggak cuma itu, ini juga waktu buat refleksi, biar negara-negara makin kompak kerja sama dan bikin sistem kepabeanan yang lebih keren.

Sejarahnya, Hari Kepabeanan Internasional pertama kali dirayakan tahun 1983 oleh World Customs Organization (WCO). Organisasi ini udah ada sejak 26 Januari 1953, dan sekarang punya 185 anggota. Misi mereka jelas: bikin kebijakan kepabeanan yang seragam dan terkoordinasi di seluruh dunia. Keren banget, kan?

Nah, setiap tahun, WCO selalu punya tema baru yang relevan sama kondisi dunia kepabeanan. Tahun 2025 ini, temanya adalah “Customs Delivering on its Commitment to Efficiency, Security, and Prosperity”. Intinya, mereka pengen kepabeanan makin efisien, aman, dan mendukung kesejahteraan. Teknologi terbaru juga diangkat sebagai senjata utama buat ngejaga kelancaran transaksi, memastikan keamanan dari barang-barang ilegal atau berbahaya, dan tentunya ningkatin penerimaan negara.

Peran Kepabeanan di Indonesia

Kepabeanan itu sebenarnya punya peran super krusial banget dalam perekonomian global. Gak cuma jadi gerbang masuk barang dan jasa, tapi juga sebagai sumber pemasukan negara lewat bea masuk dan pajak. Nah, selain itu, mereka juga punya tugas penting buat ngejaga keamanan negara, loh. Mulai dari ngecek barang-barang terlarang kayak narkotika, senjata ilegal, sampai barang palsu. Gak heran sih, kalau tugas mereka juga berat.

Tapi, masalahnya di zaman sekarang yang serba digital gini, tantangannya jadi makin besar. Gimana enggak? Perdagangan elektronik (e-commerce) sekarang udah meningkat pesat banget. Jadi, perlu banget inovasi teknologi dan kerjasama antarnegara supaya proses kepabeanan ini tetap efisien dan aman.

Oh iya, ada juga yang namanya bea eksim, yang biasanya dikenakan pada barang impor atau ekspor. Ini tuh fungsinya buat ngatur perdagangan internasional, jaga industri lokal, dan nambah pemasukan negara. Walaupun banyak yang nganggep ini sebagai bea yang memberatkan, sebenarnya bea ini sah banget kok, selama sesuai kesepakatan internasional kayak WTO atau AFTA. Tapi ya, masalahnya kadang ada oknum yang nyalahgunain, karena kurangnya transparansi dan pengawasan. Makanya, perlu banget edukasi, pengawasan lebih ketat, dan evaluasi kebijakan supaya le

Kusutnya Bea Masuk Dari Kisah Warganet

Kalau tadi aku udah cerita tentang profil dunia kepabeanan, kali ini aku mau bahas sisi lain yang sering bikin warga +62 gregetan: pengalaman nggak enak berurusan dengan Bea Cukai. Yuk, kita kupas tuntas beberapa kasus yang sempat viral!

Kris Antoni dan Merchandise Game

Kris Antoni, pendiri Toge Productions, pernah ngalamin barang kirimannya dari luar negeri ditahan Bea Cukai. Padahal, itu cuma merchandise game. Nggak cuma ditahan, dia juga kena bea masuk yang lumayan bikin dompet menjerit. Duh, pusing nggak, sih?

Kasus @DavidBeatt dan Sepatu Sampel

Ada juga cerita tertanggal 24 Januari dari akun X @DavidBeatt. Temennya yang seorang content creator fashion dapet kiriman sepatu sampel dari brand luar. Eh, malah ditahan Bea Cukai dan disuruh bayar bea masuk Rp3.576.369. Padahal, itu sepatu belum rilis dan jelas-jelas dilabeli “sample”. Bikin elus dada, kan?

Fatimah Zahratunnisa dan Piala Lomba Nyanyi

Fatimah Zahratunnisa, juara lomba nyanyi di Jepang tahun 2015, harus rela pialanya ditahan Bea Cukai pas nyampe Indonesia. Alasannya? Karena piala itu dikirim terpisah dan dianggap barang kiriman biasa. Setelah drama panjang dan bukti sana-sini, akhirnya piala itu bisa dibawa pulang tanpa biaya. Tapi tetap aja, prosesnya bikin capek hati.

Medy Renaldy dan Mainan Megatron

Youtuber Medy Renaldy juga punya cerita. Dia pesan mainan Megatron eksklusif dari luar negeri. Pas nyampe, mainannya ditahan dan kena pajak tinggi. Setelah nunggu lama, mainan itu akhirnya sampai di tangannya, tapi sayang kondisinya udah rusak. Sedih banget, kan?

Akun @radhikaalthaf dan Sepatu Impor

Akun X @radhikaalthaf curhat soal sepatu yang dia beli seharga Rp10,3 juta dari Jerman. Pas nyampe Indonesia, dia kaget karena harus bayar bea masuk dan pajak sampai Rp31,8 juta. Setelah viral, ternyata ada kesalahan dalam penilaian nilai barang. Tapi tetap aja, pengalaman ini bikin shock.

Atlet Paralayang dan Alatnya

Seorang atlet paralayang ngalamin alatnya ditahan Bea Cukai dan dikenakan pajak tinggi. Padahal, itu peralatan buat tanding, lho! Kasus ini nunjukin kalau prosedur Bea Cukai kadang kurang fleksibel, bahkan untuk atlet yang bawa peralatan olahraga.

Alat Bantu Belajar untuk SLB

Ini yang bikin miris. Alat bantu belajar berupa keyboard braille yang dihibahkan dari Korea Selatan buat Sekolah Luar Biasa di Jakarta, malah tertahan di Bea Cukai selama dua tahun. Padahal, alat itu penting banget buat temen-temen kita yang tunanetra.

Dari cerita-cerita di atas, kelihatan banget kalau masih banyak PR buat Bea Cukai dalam hal transparansi, komunikasi, dan prosedur yang lebih manusiawi. Kita semua berharap, ke depannya nggak ada lagi cerita-cerita kayak gini yang bikin warga +62 geleng-geleng kepala.

Penutup

Jadi, kalau kita tarik benang merah dari semua cerita-cerita tentang kepabeanan tadi, jelas banget deh kalau masih banyak yang perlu diperbaiki, terutama soal transparansi, komunikasi, dan fleksibilitas prosedur. Nah, pas banget nih, karena hari ini kita juga lagi merayakan Hari Kepabeanan Internasional dengan tema “Customs Delivering on its Commitment to Efficiency, Security, and Prosperity“. Tema ini sebenarnya udah nyentuh banget sama apa yang kita omongin.

Kepabeanan RI harus bisa lebih efisien, supaya gak ada lagi cerita barang tertahan atau pajak yang bikin kita pusing. Keamanan juga penting banget, apalagi dengan ancaman global yang makin kompleks. Jadi, mereka harus bener-bener jadi garda terdepan buat ngejaga dari barang-barang terlarang yang bisa bahaya buat negara kita. Dan yang terakhir, prosperity atau kemakmuran, ini tuh yang jadi kunci buat perekonomian. Jadi, Bea Cukai gak cuma tugasnya buat ngatur barang masuk, tapi juga buat mendukung industri lokal dan nambah pendapatan negara supaya semua warga bisa merasakan dampaknya.

Namun, buat sampai ke titik itu, tentu gak bisa instan. Harus ada kolaborasi, inovasi, dan yang paling penting, evaluasi terus-menerus. Kalo semua itu terwujud, kita bisa jadi negara yang bukan cuma aman, tapi juga berkembang. Nah, harapannya, ke depannya kita bisa lihat perubahan yang positif di sektor kepabeanan, sehingga kita nggak cuma ngomongin masalah, tapi juga solusi dan kemajuan.

#HariKepabeananInternasional #EfficientCustoms #SecurityAndProsperity

Penulis : Alfrina Widya Sutrisna (XI AKL 1)

One comment

  1. Good. Article. Masih banyak kasus masalah yg berhubungan dengan custom clear yg lebih krIminal. . .banyak oknum didalamnya.. Menyalahgunakan untuk memeras sesama warga Indonesia sendiri.. Bagaimana solusii menanganinya. Belum. Ada yang bisa membuktikannya . perlu keberanian dari pejabat yg tawakal ingat Akan mati. Tdk kekal didunia
    Dan keberanian..jujur. Humanity. untuk menangani tersebut. Selama kasus tersebut seperti ini..
    Sampai kapan.Indonesia tetap tdk akan maju

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *